Kamis, 29 Februari 2024

Panjang Angan-angan

 



Setiap kali ada niat membuka folder yang berisi kumpulan tulisan harian yang sudah lama mengendap di laptop, mata terasa berat dan mendadak mengantuk. Ditambah lagi dengan semangat yang semakin menurun, walhasil rencana untuk menyunting tulisan menjadi draf buku tidak dapat terlaksana.

Di lain kesempatan kejadian serupa sering terulang. Ketika ada niat untuk bongkar-bongkar file di laptop selalu saja batal karena alasan-alasan serupa yang sebenarnya itu bersumber dari sifat malas semata.

Terkadang saya menunggu ada waktu yang benar-benar luang agar niat memulai merancang menerbitkan buku baru kesampaian. Tapi waktu luang yang ditunggu ternyata tak kunjung datang. Selalu saja ada kegiatan yang mesti dikerjakan.

Melawan malas memang tidak mudah. Sering kita terlena dengan panjang angan-angan yang akhirnya berujung menunda suatu pekerjaan. Ah besok saja, nanti saja jangan hari ini, saat libur yang akan tiba, dan berbagai alasan yang sebenarnya menjebak. Kita baru sadar di saat telah banyak waktu yang terlewatkan.

Hari esok mungkin benar akan tiba, tapi belum tentu kita masih punya kesempatan. Mengapa tidak kita mulai hari ini. Ya, hari ini. Sedikit demi sedikit kita mulai pekerjaan besar itu. Memulai pekerjaan ibaratnya telah merampungkan setengahnya. Menunda pekerjaan akan mengubur gagasan menjadi mimpi belaka.

Rabu, 21 Februari 2024

Mintalah Apa Saja, Asal Tidak Minta…

 



Handphone (HP) memang banyak manfaatnya, tapi tidak bisa kita ingkari bahwa selain bermanfaat HP juga membahayakan. Telah banyak data, penggunaan HP pada anak-anak sering mengakibatkan ganguan kesehatan jasmani bahkan mental.

Bagi orang tua yang telah memiliki pengetahuan dan kesadaran tentang bahaya HP bagi anak pasti akan tegas melarang anak-anak mereka menggunakan HP, atau setidak-tidaknya membatasi penggunaannya. Terlalu membebaskan anak menggunakan HP sama artinya dengan tidak peduli dengan masa depan anak.

Tidak membelikan HP pada anak di bawah umur bukan berarti tidak sayang dengan mereka. Tapi justru itu menandakan dia orang tua yang mencintai anaknya dengan sepenuh hati. Orang tua mana yang rela masa depan anaknya suram karena pengaruh negatif penggunaan HP.

Ketika anak sudah kecanduan menggunakan HP, dia akan kehilangan banyak waktunya untuk sesuatu yang tidak bermanfaat. Waktu bermain dengan teman, belajar dan istirahat sudah pasti akan terganngu. Sebisa mungkin tundalah membelikan HP sampai mereka benar-benar sudah layak dan memerlukan HP.

“Mintalah Apa Saja, Asal Tidak Minta dibelikan I-Phone”. Itulah jawaban Cristiano Ronaldo bintang sepak bola Portugal saat anaknya yang berumur 13 tahun minta untuk dibelikan HP. Sebagai olahragawan tenar yang bergelimang uang tentu membelikan I-Phone seri terbaru untuk anaknya adalah urusan kecil. Tapi itu tidak dipenuhi karena ia khawatir akan dampak buruknya.

 

Senin, 19 Februari 2024

Pejuang Demokrasi

 



Melelahkan. Satu kalimat yang bisa menggambarkan beratnya peran para anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dalam proses pemilu kemarin. Karena kita mengetahui bersama banyak TPS yang menyelesaikan penghitungan suara sampai menjelang subuh atau bakhan sampai pagi.

KKPS memiliki peranan yang penting dalam mengawal demokrasi. Bayangkan seandainya anggota KKPS bersepakat melakukan kecurangan, tentu itu bisa menciderai demokrasi kita. Fakta di lapangan, kita banyak menjumpai para petugas KPPS yang “all out” dalam menjalankan tugasnya. Buktinya, ada beberapa anggota KPPS yang meninggal dunia saat bertugas.

Masyarakat kita harus mengapresiasi peran KPPS, mereka adalah bagian dari para pejuang demokrasi. Memang kita tidak bisa bisa memastikan seluruh anggota KPPS bersih dalam menjalankan kewajibannya, tapi oknum seperti itu jumlahnya tentu sedikit.

Hasil hitung cepat pemilu sebenarnya sudah bisa kita lihat saat ini. Paslon Capres dan Cawapres yang menjadi pemenag hampir pasti sudah diketahui. Kini saatnya bangsa kita harus melangkah ke tahap berikutnya, membangun bangsa bersama. Lupakan rivalitas selama kampanye kemarin.

Kita tidak berharap ada proses gugatan hasil pemilu ke MK. Karena itu hanya akan menghabiskan energi dan menebar benih konflik sesama anak bangsa. Yang menang harus bijaksana dan tidak jumawa. Yang kalah mesti berbesar hati, inilah demokrasi. Jaga persatuan, please…#

 

 

Minggu, 11 Februari 2024

Yordania, Juara Tanpa Mahkota

 


Final piala Asia antara tuan Qatar melawan Yordania yang berlangsung kemarin menyisakan kekecewaan yang mendalam. Bukan hanya pendukung tim Yordania, banyak pecinta sepak bola mengungkapkan rasa kesalnya di media sosial karena pertandingan dirasa tidak fair play.

Sepertinya saya juga sependapat dengan suara-suara yang menilai bila pertandingan final tersebut berat sebelah. Tuan rumah Qatar mendapat tiga “hadiah” pinalti dari wasit Ma Ning asal China. Sebenarnya pinalti dalam sebuah pertandingan sepak bola itu wajar terjadi. Namun bila sampai tiga kali, tentu keputusan wasit perlu dikritisi.

Ketiga pinalti yang diberikan wasit kepada tim Qatar masih bisa diperdebatkan kelayakannya. Dan saya sebagai penonton yang netral juga heran dengan keputusan wasit. Sebuah keputusan yang menurut saya merusak indahnya permainan sepak bola.

Pinalti pertama sebenarnya masih direspon positif oleh pemain-pemain Yordania. Mereka semakin gencar melakukan serangan sehingga pada menit ke-67 Yazan Al-Naimat membuat gol spektakuler. Begitu permainan kedua tim semakin menarik, keluar lagi keputusan wasit untuk pinalti kedua.

Protes dari pemain Yordania tidak ditanggapi sang pengadil lapangan hijau. Pertandingan dilanjutkan kembali meski tampak para pemain Yordania frustasi dan kurang tenang dalam bermain. Puncaknya, satu pinalti lagi diberikan wasit Ma Ning untuk tim Qatar. Dan saya langsung mematikan tv.

Sepak bola terkadang memang menampilkan sisi kejamnya. Sebuah tim yang bagus dan berpeluang meraih juara harus kandas karena faktor nonteknis. Tapi bagi saya Yordania adalah pemenang sebenarnya dalam partai final kemarin. Mereka juara, meski tanpa pengakuan dan tropi. Juara tanpa mahkota. Bravo Yordania…#



Sabtu, 03 Februari 2024

Kontestasi Kejujuran

 



Mencari pemimpin yang adil di masa kini bagaikan peribahasa Mencari jarum di tumpukan jerami. Artinya sama saja dengan melakukan pekerjaan yang sangat sukar, sulit untuk ditemukan, bahka hampir sia-sia saja untuk dilakukan.

Zaman memang telah banyak berubah. Dulu orang jujur itu disukai banyak orang. Tapi sekarang orang jujur sering menjadi korban kelicikan orang. Orang tua kita dahulu punya nasihat, becik ketitik olo ketoro. Sekarang yang banyak terjadi becik kecutik olo kuasa.

Orang baik dan jujur yang berada di komunitas orang-orang jahat pasti akan disingkirkan. Makanya tidak heran bila ada berita korupsi berjamaah. Karena semua sudah dalam satu frekunsi, orang-orang yang tidak jujur dan menciderai amanat yang diberikan.

Walau semakin sedikit, tetap saja orang jujur yang akan terpilih menjadi pemimpin masih ada. Anggota legislatif maupun eksekutif tidak mungkin sepenuhnya akan dihuni orang-orang yang jujur. Tapi setidaknya akan ada sebagian dari mereka yang masih punya kejujuran.

Bagaimana pun kondisinya. Kita harus tetap optimis dan berharap pemilu 2024 akan berjalan damai dan melahirkan wakil-wakil rakyat serta pemimpin yang jujur dan adil. Kita cinta negeri ini, dan kita tak akan pernah rela mereka yang tidak jujur berkuasa.

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...