Selasa, 03 November 2020

PSYCHOWRITING ALA KANG MUHSIN KALIDA



Dalam sesi “Jagongan Literasi Seri 2” kemarin malam, tema yang dibahas adalah Psychowriting. Tema yang sebenarnya baru kali ini saya dengar. Tema yang membuat saya penasaran. Dan karena terdorong rasa penasaran itulah akhirnya saya mampu mengikuti Zoom dari awal sampai acara selesai.

Narasumber adalah Dr.Muhsin Kalida Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta didampingi Dr.Ngainun Naim. Sebenarnya sudah agak lama mendengar nama beliau (Dr.Muhsin Kalida), namun baru kemarin malam berkesempatan ngangsu kawruh sama beliau. Walau sama-sama berasal dari Kecamatan Kalidawir, namun baru satu kali bertemu langsung dengan beliau. itupun bukan pertemuan secara personal, pertemuan yang terjadi karena kebetulan semata. Pada bulan Agustus kemarin, ayahanda beliau (di Desa Betak Kalidawir) wafat. Pada saat takziyah itulah kami sempat bertemu beliau.

Psychowriting, menurut simpulan yang saya pahami dari pemaparan beliau adalah kemampuan membangkitkan menulis seseorang yang tadinya tidak memiliki kemauan atau keberanian menulis. Pada dasarnya semua orang memiliki potensi menjadi penulis. Potensi inilah yang dibangkitkan dengan cara-cara yang ringan dan sederhana. Metode yang diawali dengan kegiatan bermain, obrolan santai namun pada akhirnya diajak untuk menulis dengan tema yang digemari.

Salah satu teknik Psychowriting yang beliau jelaskan ketika di kelas, pertama anak diajak dialog santai. Kemudian beliau menyuruh anak menulis kata benda yang dilihatnya sejak bangun tidur sampai ke sekolah. Tujuannya adalah mengukur seberapa besar memori yang dimiliki anak, semakin besar kemampuan mengingat semakin  potensial menjadi penulis yang baik. Setelah menulis kata-kata benda, anak diminta memilih tiga kata benda yang paling dekat di hati. Tentu ini mudah saja, memilih tiga dari ratusan kata benda yang sudah ditulis. Selanjutnya memilih satu benda yang paling dekat di hati dari tiga kata benda yang dipilih. Langkah terakhir, anak diajak menulis dengan tema benda yanng telah dipilih. Menulis dengan tema yang disukai tentu lebih mudah daripada menulis sesuatu yang belum dikenal sama sekali.

Sebagai pegiat dunia literasi Kang Muhsin Kalida patut mendapat apresiasi yang tinggi. Sumbangsihnya dalam dunia literasi diakui banyak kalangan, bahkan bukan hanya di Indonesia. Namun sampai ke negeri seberang Malasyia. Beberapa karyanya menjadi referensi di beberapa perpustakaan Malasyia. Satu hal unik yang menarik dari beliau, ketika bercerita berhenti di jalan tol karena harus segera menulis ide. Wah, sampai sebegitunya beliau memiliki passion dalam menulis. Menurut beliau, ide harus segera ditulis, karena ketika ide datang tidak segera ditulis dalam lima atau sepuluh menuit ide tersebut akan menguap, hilang tanpa bekas lagi.

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...