Selasa, 24 November 2020

HUTANG PADA KEHIDUPAN



Apa yang bisa kita kerjakan sendiri tanpa bantuan orang lain? Hampir semua aktivitas kita sehari-hari membutuhkan bantuan orang lain. Katakanlah untuk sekadar makan, berapa orang yang terlibat membantu kita? Ada jerih payah petani di sana, nelayan, orang-orang yang membuat peralatan makan dan masih banyak yang lain. Dalam sesuap nasi makan siang kita, ada ratusan atau bahkan ribuan tangan yang terlibat di dalamnya.

Itulah sistem kehidupan. Semua bergerak pada posisi dan tugasnya masing-masing, saling melengkapi dan menjadikan semua dapat berjalan dengan sempurna. Seorang pemimpin berhutang pada rakyat yang memilih dan mendukungnya, pengusaha berhutang pada kerja keras karyawannya. Dan, tidak ada kesuksesan seseorang yang dicapai tanpa peran orang lain yang membantunya. Semua orang pasti "berhutang" dengan kehidupan ini, dan untuk membayarnya kita harus berbuat baik pada semua orang. Tak peduli siapapun dia, latar belakang suku, ras dan agama tidak boleh menjadi dasar kita untuk menebar kebaikan.

Hal inilah yang harus kita renungkan. Dan benar mutlak ajaran dalam Islam, bila dalam harta kita ada hak orang lain. Karena tidak mungkin kita melakukan sesuatu tanpa "cawe-cawe" orang lain. Kehebatan seseorang entah itu kepandaiannya, kekayaannya atau kekuasaannya tidak menjadikan dia terlepas ikatan dari membutuhkan peran orang lain. Rasa terima kasih kita pada sesama manifestasinya adalah dengan berusaha menanam benih kebaikan selama kita masih diberi kehidupan di semesta ini.

Masihkan pantas seseorang menyombongkan diri? Nyatanya kita memiliki keterbatasan dalam banyak hal. Memiliki ketergantungan dengan orang lain. Yang dianggap kuat masih membutuhkan tangan-tangan lemah untuk melindunginya. Yang dikatakan kaya ternyata masih memerlukan orang-orang miskin untuk membantunya.

Hutang uang bisa dibayar, hutang budi di bawa mati. Kebaikan orang, pertolongan dan kasih sayang tidak bisa dikalkulasi dengan materi. Imbalannya adalah kebaikan yang serupa. Hutang kita pada kehidupan tidak akan mungkin bisa dinilai. Hutang pada kehidupan hakikatnya nikmat Allah yang tidak bisa dihitung. Dan hanya dengan selalu bersyukur yang menjadikan kita menjadi sedikit pantas disebut sebagai hamba yang baik. Meskipun sebenarnya syukur kita terlalu sedikit dibanding dengan karunia Allah yang begitu besar.

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...