Senin, 12 Oktober 2020

TENTANG MENULIS (LAGI)

 



Sepertinya tidak perlu banyak keterangan apa manfaat menulis, karena semua akan sia-sia bila tidak ada landasan ketertarikan dengan dunia menulis. Bagi mereka yang percaya, tidak perlu banyak penjelasan. Namun bagi mereka yang tidak percaya tidak pernah akan cukup semua penjelasan. Kepercayaan menggerakkan hati dengan kerelaan. Ketika seseorang sudah memiliki ketertarikan dengan menulis maka tidak perlu banyak teori dan keterangan yang disampaikan sebagai hujah mengapa kita harus menulis.

Menulis membutuhkan komitmen. Ya, memang kalau sekadar menulis satu dua judul artikel mungkin itu banyak yang bisa. Namun menulis yang konsisten. Menulis yang sudah menjadi kegiatan sehari-hari. Menulis yang sudah menjadi bagian yang menyatu dalam diri, inilah yang amat sulit. Tidak bisa dilihat sebulan atau dua bulan belajar. Namun sudah pasti butuh waktu yang lebih panjang dari itu.

Bagi kita yang mencoba memasuki dunia menulis tidak perlu kecewa bila harapan menulis tidak sesuai dengan kenyataan. Meski sebenarnya rasa kecewa itu wajar. Kecewa adalah salah satu perasaan alami yang bisa tumbuh dalam diri manusia. Banyak yang menekuni menulis memiliki harapan yang tinggi, ini wajar dan tidak berlebihan. Namun dalam perjalanan selanjutnya menekuni dunia menulis selalu tidak mudah. Akan ada seleksi alam yang menguji komitmen kita.

Ketika semangat menulis semakin menurun sebaiknya kita memeriksa kembali niat kita. Pasti ada yang tidak benar. Mungkin saja niat kita sudah menyimpang dari garis semula. Motivasi kita mulai terpengaruh dengan banyak hal yang tidak penting. Niat menulis landasannya hanya keikhlasan semata. Tidak perlu banyak berpikir dan membuat target.

Menyukai aktivitas menulis itu baik. Namun tidak perlu berlebihan dan harus tetap proporsional dalam mengatur waktu. Segala hal yang berlebihan itu gak baik, termasuk urusan menulis. Tidak perlu menggebu-gebu. Karena sesuatu yang dimulai dengan rasa suka yang terlalu besar biasanya mudah kecewa. Ya, harapan yang tumbuh sering tidak sesuai dengan realitas yang ada. Mimpi menulis yang tadinya indah ternyata hanya sekilas, kemudian semua menjadi bias.

 

 


Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...