Selasa, 28 Juli 2020

BUDAYA ANTRI

Sudah menjadi hal yang biasa di negeri kita saling serobot dan mendahului. Budaya antri dan tertib belum terbangun dengan baik dalam kehidupan masyarakat. Antri esensinya adalah bentuk penghargaan terhadap hak-hak orang lain. Ada sebuah teori, semakin tertib masyarakatnya pada hukum dan norma yang berlaku, maka semakin tinggi kemajuan negara tersebut. Di negara-negara yang dikategorikan maju, terbukti sangat menjunjung budaya antri. Mereka malu jika menyerobot antrian karena tidak ada yang seperti itu. Mereka biasa menjadikan waktu kosong yang bermanfaaat disaat mengantri. Seperti membaca atau bersosialisasi dengan orang lain yang juga mengantri.

Dalam aktifitas sehari-hari banyak kita melihat perilaku masyarakat yang mencerminkan budaya antri masih relatif rendah. Naik bus biasa berdesak-desakan, menyeberang jalan di sembarang tempat, pengendara motor atau mobil tidak mengurangi kecepatan ketika melintasi zebra cross. Di traffic light pada perempatan atau pertigaan jalan biasa kita melihat betapa semrawutnya situasi jalan raya. Menerobos lampu merah atau membunyikan klakson berulang-ulang agar pengguna jalan di depannya segera berjalan.

Budaya antri adalah manifestasi sikap disiplin seseorang. Disiplin seharusnya tanpa diawasi. Karena disiplin adalah sebuah kesadaran pribadi yang melekat dalam tingkah laku. Sejak dini seharusnya anak didik kita dilatih untuk biasa dan bisa antri, karena dalam antri terkandung arti nilai kesopanan dan sifat menghargai satu sama lain. Semua orang memiliki hak yang sama dan akan mendapatkan giliran masing-masing.

Antri sebenarnya adalah tindakan yang sederhana namun memiliki arti yang besar. Dalam masyarakat yang sudah memiliki budaya antri akan banyak kita temukan nilai luhur. Mereka memiliki kesabaran untuk bisa mengendalikan egonya. Jika memang belum tiba gilirannya harus sabar menunggu agar orang yang sudah meng-antri mendapatkan haknya terlebih dahulu. Karena bagi mereka yang telah datang duluan memang sudah selayaknya mendapatkan kesempatan terlebih dahulu. Mereka menyadari konsekuensi terhadap perbuatan sendiri. Jika ia terlambat maka harus mendapatkan giliran antri paling belakang. Inilah yang menumbuhkan kedisiplinan, mampu mengatur waktu semua kegiatan yang akan dikerjakan.

Sebagai muslim sebenarnya kita telah diajarkan antri dan disiplin tinggi dalam ibadah shalat berjamaah. Disiplin dari sisi ketepatan waktu, menaati pemimpin, dan menerapkan antri. Ketika shalat berjamaah datang terlambat maka harus berada di shaaf paling belakang, siapa pun itu, tidak peduli jabatan atau status sosialnya yang tinggi. Nilai-nilai dalam shalat seharusnya tampak dalam kehidupan sehari-hari. Karena ibadah tidak semata rutinitas hubungan vertikal dengan Allah. Namun manifestasi ibadah lazimnya tampak nyata dalam tindak-tanduk kesehariannya.

 



Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...