Kamis, 05 Agustus 2021

KEJAMNYA “HOAX”



"Hoax" atau berita palsu memang tidak pandang bulu korbannya. Bukan hanya orang biasa, bahkan sering orang yang memiliki pengetahuan tinggi atau jabatan yang mapan pun bisa terjerat dengan hoax.

Sepekan ini kita dikagetkan dengan berita "besar" sumbangan keluarga pengusaha untuk masyarakat terdampak pandemi. Jumlahnya membuat kita tercengang, bagaimana tidak dua triliun rupiah. Jumlah yang sangat fantastis. Media mainstream yang sudah sangat dikenal masyarakat semua berlomba memberitakan.

Belum hilang rasa terkejut dengan hebohnya berita donasi triliunan, masyarakat kembali geger dengan berita susulannya. Ternyata sumbangan yang dijanjikan cair rupanya tidak bisa dicairkan. Usut punya usut ternyata rekening pemilik penyumbang isinya tidak sepadan dengan nilai sumbangan yang dijanjikan.

Sebenarnya apa yang sedang terjadi di negeri kita. Apakah senekat itu orang hendak menipu?. Sehingga tak tanggung-tanggung orang se-Indonesia menjadi korbannya, termakan hoax. Lalu, mengapa pula semudah itu para pejabat tinggi "menerima" sumbangan yang nilainya di luar nalar tanpa menelusuri dengan serius kebenarannya. Bukankah aparat memilki perangkat yang lengkap dan dengan mudah memastikan apakah itu benar-benar atau nyata atau tidak.

Ketika semua belum jelas, semua keburu dipublikasikan ke masyarakat. Hasilnya, hanya menimbulkan kegaduhan masa. Masyarakat kita sedang sakit. Negeri kita sedang berjuang keluar dari cengkeraman pandemi. Berita-berita seperti ini tidak lucu sama sekali. Semua ini semakin menjadikan masyarakat sensitif. Inilah pelajaran yang mengharuskan kita untuk selalu tabayyun sebelum menyebarkan sebuah berita.

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...