Kamis, 11 Maret 2021

Gliyak-Gliyak Tumindak…



Tidak apa-apa, biar satu kalimat dua kalimat yang penting memulai menulis. Meminjam istilah Prof.Naim, hari ini saya “ngemil menulis”. Sering sekali untuk menulis “wajib” harian metode bertahap sedikit demi sedikit saya terapkan. Karena tidak selamanya menulis bisa lancar, mengalir, bebas hambatan dalam menyampaikan sebuah gagasan. Seperti filosofi leluhur kita, “Gliyak-gliyak tumindak, sareh pakoleh."  Maksudnya kurang lebih, upaya yang dilakukan perlahan, tetapi akhirnya tujuannya akan tercapai.

 

Dalam tahap ini kadang yang terpenting bukan menulis apa, tapi menulis saja. Tidak perlu sibuk dengan “konten” tapi fokus pada kesinambungan proses menulis. Bagaimana berusaha tetap menulis meskipun harus dengan cara mencicil. Ada yang mengatakan semakin cepat pekerjaan diselesaikan maka semakin baik. Tapi dalam konteks menulis, semakin dalam perenungan maka akan semakin presisi apa yang diungkapkan.

 

Sepertinya urusan menulis memang bukan urusan kecepatan, tapi urusan ritme yang konstan. Ibarat perlombaan lari, menulis adalah lari marathon bukan lari sprint. Lari marathon membutuhkan ketahanan, nafas panjang dan strategi mengatur tempo. Sangat berbeda dengan lari jarak pendek (sprint) yang cuma ada satu cara untuk menang yakni habis-habisan mengeluarkan seluruh tenaga untuk segera mencapai garis finish.

 

Bagai menata batu bata untuk membangun sebuah tembok, setiap batu memiliki tempatnya tersendiri. Begitu pula menyusun kata-kata dalam ikatan kalimat yang bermakna. Terkadang harus memindah kata, mengganti atau menambahnya. Di sinilah unsur seni dalam menulis. Memantaskan tulisan agar menjadi sebuah karya yang paripurna.

 

Dan, ini adalah paragraf terakhir dari “ngemil menulis” hari. Lima paragraf yang saya selesaikan sampai tiga tahap pengetikan, diselingi dengan aktivitas dan tugas rutin harian. Setidaknya hari ini masih bisa terus menulis, dan saatnya untuk ngemil yang enak, kacang goreng….[..].

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...