Ada sebuah ungkapan, ‘Mimpi sekadar bunganya orang tidur’, mimpi adalah ilusi, pikiran atau pengalaman kita di dalam tidur karena pengaruh peristiwa atau kejadian yang kita alami. Bisa jadi ketika kita mimpi hanya sekadar bawaan angan-angan ketika kita beraktifitas siang hari, ada yang masuk dalam fikiran kita, menjadi renungan, membekas sehingga ketika kita terlelap tidur muncul dalam alam bawah sadar kita. Namun tidak selamanya mimpi hanya kembang tidur yang tidak memiliki arti, karena sejarah membuktikan banyak peristiwa besar terjadi yang pada awalnya adalah petunjuk lewat mimpi.
Dalam literatur Ilmu Jawa, berdasarkan waktunya, mimpi dibagi menjadi tiga; Mimpi yang terjadi di awal malam, pada jam-jam ini dapat dipahami tidak memiliki arti yang sangat khusus, kecuali menunjuk pada pengaruh pengalaman hidup sebelum tidur. Biasanya isi mimpi hanya berkaitan dengan peristiwa hidup yang terjadi pada siang hari atau sebelumnya atau sisa masalah ketika kita masih terjaga. Sedangkan mimpi pada tengah malam menunjukkan pada kualitas kejiwaan kita dalam mengarungi kehidupan, menyingkapkan apa yang tersembunyi di dalam diri kita agar dapat diketahui, diterima, dan kemudian diolah. Kemudian bagian terakhir adalah mimpi di akhir malam, dalam mimpi tersebut kita diberi suatu petunjuk untuk mengenal segala bentuk pesan-pesannya.
Bila kita merujuk ke hadits dalam riwayat Auf bin Malik, Nabi Muhammad SAW membagi tiga kriteria mimpi yang dialami manusia. Pertama, mimpi buruk atau menakutkan yang datang dari syaitan dan membuat sedih. Kedua, mimpi yang menggelisahkan seseorang ketika terjaga dan terus terbawa dalam mimpinya. Ketiga, mimpi yang menjadi isyarat kenabian. (HR Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Majah). Adapun mimpi jenis ketiga mengindikasikan kebenaran ar-ru`ya ash-shadiqah (mimpi yang benar). Mimpi yang baik dan menggembirakan inilah yang patut diceritakan dan dimintakan penakwilannya kepada orang saleh. Imam Malik memesankan, tidak seluruh mimpi patut diceritakan. Hanya mimpi-mimpi yang baik saja yang patut untuk diceritakan.
Pada tahun keenam Hijriyah Rasulullah bermimpi, beliau bersama para sahabat memasuki kota Mekah melaksanakan thawaf dan Umrah. Tak berselang lama beliau mengumumkan kepada para sahabat hendak melaksanakan umrah. Umrah tahun keenam akhirnya tertunda karena larangan orang kafir Mekah. Mereka menolak Nabi dan para sahabatnya memasuki kota Mekah. Terjadilah peristiwa Perjanjian Hudaibiyah antara kaum Muslim dengan Kafir Quraisy yang salah satu kesepakatannya Nabi boleh melaksanakan umrah tahun berikutnya. Pada tahun kedelapan hijriyah mimpi Nabi menjadi kenyataan, beliau memasuki kota Mekah dalam peristiwa “Fathu Makkah”.
****
Para Nabi banyak mendapat petunjuk melaui mimpi, begitu pula para ulama’ dan orang sholih memperoleh isyaroh melalui mimpi yang menjadi kenyataan. Namun yang menarik, Firaun juga mengalami mimpi yang ternyata mimpinya tersebut menjadi sebuah kenyataan. Ketika ia bermimpi akan ada anak laki-laki dari Bani Israel yang kelak menghancurkan kekuasaanya. Maka Firaun memberi perintah kepada pasukannya untuk membunuh semua anak laki-laki yang lahir dari Bani Israel dan membiarkan anak perempuan mereka hidup. Hal ini diceritakan dalam surat Al-Baqoroh ayat 49. Apakah mimpi yang dialami oleh Fir’aun termasuk ar-ru`ya ash-shadiqah ? karena sejarah membuktikan atas izin Allah kekuasaan Fir’aun runtuh di tangan Nabi Musa alaihis salam. Wallahu a’lam