Gerombolan singa hanya akan dipimpin oleh seekor singa.
Tidak mungkin kawanan singa akan dipimpin oleh seekor kambing. Begitu pula
cerminan pimpinan kita. Pemimpin lahir dari rahim rakyatnya. Kualitas pemimpin
yang baik hanya akan terwujud dari masyarakat yang baik pula. Tak akan muncul
pemimpin yang baik, bila masyarakatnya sudah rusak.
Konon ketika Sayyidina Ali Bin Abi Thalib ditanya oleh
salah satu pengikutnya, mengapa pada
masa pemerintahannya banyak terjadi perpecahan dan perang saudara, sementara
pada masa pemerintahan Abu Bakar dan Umar situasi relatif lebih aman dan tidak
ada perpecahan dalam tubuh umat Islam.
Ali menjawab, pada masa Abu Bakar dan Usman yang menjadi
rakyatnya adalah orang-orang seperti saya, sedangkan ketika saya menjadi pemimpin
pengikutnya adalah orang- orang seperti kamu.
Bagai “Menepuk air di
dulang, terpercik muka sendiri”. Percuma menggerutu dan
mengumpat pemimpin yang buruk, karena hakikatnya dia adalah bagian dari kita. Dia
adalah cerminan umatnya. Bila kita menginginkan pemimpin yang baik,
syarat pertamanya adalah memperbaiki kondisi masyarakat, itu sebuah keharusan.
Menurut logika, pemimpin seharusnya adalah orang yang
terbaik dalam komunitas atau masyarakatnya. Lalu bagaimana kita bisa memilih
yang terbaik bila semuanya tidak memenuhi kriteria untuk layak dijadikan
pemimpin. Fakta inilah yang sering kita jumpai. Banyak yang mendambakan
pemimpin yang berkualifikasi sempurna sementara kondisi riil masyarakatnya jauh
dari ideal.