Sabtu, 19 Desember 2020

BAHAGIA ITU SEDERHANA



Apa yang dicari dalam hidup ini?. Jawabannya tentu akan beragam. Tapi bila kita sederhanakan semua jawaban tadi adalah mencari bahagia. Bahagia itu abstrak, namun begitu nyata dalam hidup kita. Segala macam tingkah polah manusia, ujung-ujungnya adalah mencari bahagia. Manusia yang giat bekerja katanya biar hidupnya bahagia. Rajin belajar berbagai disiplin ilmu, tujuannya adalah hidup yang bahagia. Atau kelompok masyarakat yang terjerumus dalam dunia hitam menurutkan nafsunya, katanya mereka mencari kebahagiaan.

Seorang pengusaha yang hidupnya penuh dengan kesibukan mengurus segala macam bisnis, sebenarnya ia ingin mencapai bahagia. Atau petani kecil dengan sepetak tanahnya, tujuan hidupnya juga sama, menggapai hidup yang bahagia. Seperti sebuah untaian kata penuh makna, “Ingatlah kebahagiaan itu tidak bergantung pada siapa Anda atau apa yang Anda miliki; kebahagiaan hanya bergantung pada apa yang Anda pikirkan”.

Karena bahagia letaknya di hati, maka setiap yang punya hati, punya rasa pasti akan bisa mengecap bahagia. Bahagia bukan monopoli mereka yang berlimpah harta kekayaan. Bukan pula hanya dimiliki mereka yang punya kekuasaan. Bahagia milik setiap insan yang hatinya penuh syukur atas karunia yang Mahakuasa. Dan itulah keadilan Allah. Kebahagiaan diletakkan dalam setiap hati hambanya. Kelapangan dan kesempitan  hati sering kali tidak ada hubungan dengan sedikit atau banyaknya materi yang dimiliki.

Bahagia jangan diukur pula karena memiliki atau tidak memiliki sesuatu. Karena sesuatu itu indah sebelum menjadi milik kita, dan akan menjadi biasa saja bila bila sudah kita miliki. Dan sudah pasti, bila bahagia diukur karena kepemilikan, banyak orang selamanya sulit mencapai bahagia. Karena sifat manusia selalu  kurang. Sudah memiliki satu, mengharap yang kedua. Sudah mempunyai dua tertarik dengan yang ketiga dan begitu seterusnya.

Bahagia itu sederhana, meski banyak orang yang sulit mencapainya. Kunci bahagia adalah mensyukuri yang sudah ada dan tidak mengejar sesuatu yang belum dimiliki. Misalnya, ketika di piring kita hanya ada tempe goreng dan nasi putih, syukuri karena itulah rezeki yang diberikan kita hari ini. Tidak perlu kita membayangkan makanan mewah di restoran, sehingga kita akan merasa hidup yang sempit. Ya, hanya itu rumus bahagia. Dan kita sudah memiliki pemahaman semua tentang itu. Namun hanya sedikit dari kita yang mampu mengamalkannya. Karena sebenarnya akal kita bisa menerima konsep bahwa bahagia itu sederhana, sementara hati kita terus berontak dengan keadaan yang ada.

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...