Selasa, 22 September 2020

BELAJAR DISIPLIN


Semua pekerjaan membutuhkan kedisplinan pelakunya. Tanpa kedisiplinan hasil yang diperoleh tidak akan bisa optimal. Begitu pula dengan kegiatan menulis, harus menerapkan disiplin tinggi. Baik disiplin dalam hal konsistensi, kesinambungan dalam menulis dan berani membuat target yang hendak dicapai dalam kegiatan menulis. Disiplin dapat ditanamkan dalam karakter dengan melalui mode belajar. Semua memang harus dirintis dengan belajar dan melatih diri. Menjadi hal yang absurd, bila mengharap disiplin akan tumbuh dengan sendirinya. Semua pasti memerlukan belajar. Tanpa belajar potensi tidak akan terasah dengan baik, dan akan mengakibatkan menurunnya kualitas diri seseorang.

Dalam kehidupan sehari-hari kebanyakan dari kita tidak sadar bahwa telah banyak menyia-nyiakan waktu. Kita menganggap semua itu adalah hal yang lumrah, padahal sebenarnya kita telah menjadi orang-rang yang rugi yang telah melewatkan waktu sedetik, semenit atau bahkan berjam-berjam. Detik-detik yang terlewatkan dengan percuma itu pun penting, karena dia tidak akan bisa diputar ulang lagi. Dan, kalau ingin tahu betapa pentingnya satu atau dua detik, kita tanyakan saja pada Valentino Rossi. Dia menjadi juara dunia Moto GP sampai 7 kali karena unggul dalam hitungan detik dari para pesaingnya.

Disiplin adalah salah satu hal paling fundamen yang dibutuhkan dalam hidup. Disiplin adalah cara Anda untuk membagi waktu dan membatasi hal-hal apa yang harus dan tidak harus dilakukan. Kelak semua akan menyadari betapa kedisiplinan membawa dampak yang positif dalam hidup. Dengan disiplin kita memiliki kekuatan untuk mengendalikan hidup. Disiplin pada awalnya memang sering kali dilatih dengan metode pemaksaan, namun dalam prosesnya akan menjadi sebuah kesadaran. Kedisiplinan bukanlah sesuatu yang bisa tercipta dalam waktu singkat. Hal tersebut memerlukan latihan panjang dengan proses yang tidak mudah. Ketika buah latihan telah tampak, disiplin sudah menyatu menjadi etos kerja. Disiplin hadir tanpa harus diawasi maupun diancam dengan sanksi.

Dalam kehidupan sering kedisiplinan yang kita bangun terbentur dengan kebiasaan yang “umum” dalam masyarakat. Harus diakui sebagian besar masyarakat kita belum mampu menghargai waktu dengan selayaknya. Acara resmi maupun tidak resmi  mencerminkan betapa kebiasaan menunda menjadi hal biasa. Menunda datang ke lokasi acara tertentu, karena sudah yakin bahwa acara akan dimulai mundur dari waktu yang telah ditetapkan. Tepat waktu menjadi sesuatu yang langka. Dalam urusan pekerjaan kita juga sudah terbiasa menunda tugas penting untuk sesuatu yang sepele. Tiba masa tiba akal, ketika sudah batas akhir suatu pekerjaan semua dapat diselesaikan dengan prinsip asal selesai.

Sewaktu SBY menjadi Presiden, satu perubahan penting yang dari pertama dilakukan beliau adalah mengenai ketepatan waktu dalam manajemen “Jadwal Kegiatan” Presiden. Kalau anda dijadwalkan bertemu Presiden jam 10 pagi, maka sebaiknya anda tiba 30 menit sebelumnya, karena percayalah, SBY akan sudah siap di kantornya 15 menit sebelumnya. Beliau biasanya datang lebih awal untuk melihat CV tamunya, serta mendapat paparan (briefing) mengenai isu-isu yangakan dibahas dalam pertemuan (Dino Patti Jalal, Harus Bisa, 2008)

Kebiasaan memanjangkan percakapan, kumpul-kumpul dengan banyak orang dan asyik “ngobrol” ke sana ke mari hingga menghabiskan waktu sebenarnya bukan hal yang dilarang. Dengan catatan, apa yang yang dibicarakan tidak ada unsur dosanya. Namun di sisi lain kita pasti kehilangan banyak waktu yang begitu berharga yang seharusnya menjadi sarana produktif mengukir amal kebaikan. Jalan yang bijak adalah disiplin mengatur waktu, ada porsi yang sesuai sehingga kita tidak dogolongkan orang yang rugi karena membiarkan waktu berlalu tanpa mengisinya dengan kegiatan yang manfaat.

 

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, 1.

(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam salatnya, 2.

dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, 3. (QS. Al-Mukminun 1-3)

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...