Minggu, 06 September 2020

MENGHARGAI SETIAP PROSES BELAJAR


Kemampuan apa yang dibawa anak ketika ia lahir ke dunia…? Sepertinya hanya menangis, ya cuma kemampuan menangis yang tidak diperoleh melalui belajar. Bagaimana dengan berbicara? Kemampuan berbicara diperoleh anak dari proses mendengar terlebih dahulu kemudian menirukan. Tidak serta merta sang anak akan lancar dan pandai bicara, dia harus menjalani tahap meneladani. Ketika anak tidak bisa mengucapkan sebuah kata dengan benar, tentu kita akan menganggapnya sebagai sebuah kewajaran itu adalah proses yang normal. Karena dalam fase belajar lambat-laun sang anak akan mampu mengucapkan kata-kata dengan baik dan benar. Berjalan pun demikian. Anak harus berusaha belajar dari proses tengkurap, duduk, merangkak, berdiri kemudian selangkah demi selangkah baru bisa berjalan. Hampir semua kemampuan seseorang ternyata melalui proses belajar.

Dalam perkembangan selanjutnya anak akan  menghadapi banyak  hal yang harus dia pelajari. Ketika sudah pada usia yang layak dia akan belajar banyak hal. Lagi-lagi sang anak akan mengalami metode belajar yang terkadang antara anak satu dengan yang lainnya memiliki interval waktu yang berbeda-beda. Ada anak yang lambat menguasai keahlian tertentu. Sementara di lain pihak ada anak yang mampu menguasai kecakapan khusus lebih cepat dari pada anak yang lain, inilah yang disebut berbakat. Ketekunan belajar menjadikan bakat anak akan terasah dengan baik, namun sebaliknya bakat tidak begitu berpengaruh jika tidak diimbangi dengan latihan yang teratur. 

Proses belajar tidak ada yang instan. Belajar merupakan proses panjang yang tidak kenal putus asa. Banyak kita melihat orang ketika sudah sukses. Jarang kita mempelajari ketika ia berproses menuju sukses. Padahal orang-orang sukses juga pernah mengalami kegagalan sebelumnya. Bukan Cuma pernah, bahkan sering gagal. Mereka adalah orang-orang gigih yang selalu bangkit dari sebuah kegagalan. Bagi mereka kegagalan seperti bola yang terpelanting. Kalau diibaratkan kegagalan itu jatuh, maka dia akan memanfaatkan jatuhnya untuk memantul lebih tinggi.

Lalu, bila kita kaitkan dengan kegiatan belajar menulis, apa arti kegagalan…?. Menulis sebenarnya adalah aktivitas anti gagal. Semua pasti berhasil. Ketika proses menulis sudah selesai secara sempurna, dari awal sampai akhir telah tuntas, maka sudah bisa dikatakan berhasil. Yang dikatakan belum berhasil adalah yang belum merampungkan tulisannya.

Tidak bisa disebut kegagalan ketika kita terus bergerak. Di saat jatuh maka berusaha bangkit lagi. Kegagalan adalah dia yang berhenti tidak berjalan lagi. Bahkan ketika seorang penulis terus berusaha menyempurnakan karya dengan usaha kerasnya dia sudah berhasil. Meskipun langkahnya tertatih-tatih selangkah demi selangkah dia terus menuju titik sukses. Tidak ada kegagalan baginya, semua itu hanya sebuah proses. “Saya bisa menerima kegagalan, tapi saya tidak bisa menerima segala hal yang tak pernah diusahakan” (Michael Jordan, Mantan Bintang NBA).

 

 

 

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...