Jumat, 08 Mei 2020

NEGERI DARURAT SAMPAH


Sudah beberapa tahun saya tidak melewati sungai yang membelah sawah kampung kami, dulu tempat itu adalah tempat kegemaran kami bermain dengan teman-teman waktu kecil. Kami biasa memancing ikan, ikannya banyak dan airnya juga lumayan bersih. Ternyata keadaan sekarang membuat saya sedih, airnya sangat kotor dan bau serta banyak sampah plastik.
             
Keadaan sungai di kampung kami sekarang sudah sama dengan sungai-sungai di tempat lain. Hampir semua sungai yang pernah saya lihat semuanya sudah dipenuhi dengan sampah-sampah plastik, popok bayi, perabot rumah tangga bahkan bangkai binatang ternak. Sungguh keadaan yang sangat memprihatinkan, sungai seakan-akan menjadi tempat sampah besar yang semuanya bisa dibuang di sana. Hal serupa juga terjadi di sungai kebanggan kita orang Jawa Timur, Sungai Brantas, selain limbah padat, pencemaran domestik, seperti limbah rumah tangga, limbah kampung, juga menjadi penyebab pencemaran sungai. Sejauh ini masih banyak limbah domestik yang langsung dibuang ke sungai. Hal ini membuat air tercemar dan merusak ekosistem sungai. Sampah yang di sungai akan terbawa air sungai mengalir ke muara dan pada akhirnya sampai di laut. Sangat meyedihkan melihat berita ada ikan hiu mati, dan ternyata di dalam perut ikan tadi terdapat sampah plastik. Apakah kita tetap akan membiarkan semua ini terjadi secara terus menerus, sampai kapan kita mampu hidup di tengah-tengah sampah yang mengepung kita?
             
Apa yang bisa kita manfaatkan dari sungai yang sudah tercemar seperti sekarang ini, pencemaran di sungai telah merusak habitat ikan dan hewan air lainnya, sehingga sudah tinggal tersisa sedikit ikan yang hidup, sungai yang mengandung limbah berbahaya juga bukan tempat bermain yang sesuai bagi anak-anak. Mengapa kita tidak ‘iri’ dengan negara-negara yang masih memiliki sungai yang terjaga keasriannya, sungai mereka jadikan sebagai ikon kota, dijadikan tempat wisata yang banyak dikunjungi orang dan bahkan dijadikan sebagai sarana transportasi air yang menyenangkan.
             
Apa yang menjadi penyebab banyak masyarakat kita tidak punya kesadaran pentingnya menjaga kebersihan lingkungan terutama sungai. Apakah memang sistem telah memaksa masyarakat kita membuang sampah secara sembarangan, tidak ada tempat sampah yang memadai yang disiapkan di sekitar lingkungan mereka, sehingga membuang sampah di pinggir-pinggir jalan dan di sungai. Atau memang sebagian masyarakat menganggap membuang sampah di sungai adalah hal yang biasa, toh…banyak orang yang melakukannya, saatnya me-RESET mindset sebagian masyarakat kita, Membuang sampah di sungai itu merugikan banyak orang, membuang sampah di sungai itu perbuatan yang dzalim dan Allah melarang semua bentuk kedhzaliman. Merubah perilaku masyarakat bukan sekedar dibuatkan aturan dan sanksi namun harus diberikan pemahaman dan ditumbuhkan kesadarannya.

Ada sebuah kisah yang sarat pesan kebaikan, ketika seorang guru di Amerika diwawancarai media massa, dia berkata; “Saya tidak khawatir murid-murid saya tidak pandai Matematika atau Fisika, namun saya khawatir kalau murid-murid saya tidak bisa antri”. Sekilas kalau kita dengarkan apa yang dikatakan guru tadi sesuatu hal yang keliru, bukankah salah satu tujuan pendidikan adalah memperoleh kemampuan akademik, umumnya guru akan senang bila memiliki murid yang pandai. Namun bila kita renungkan ternyata apa yang dikatakan guru tadi ada benarnya, anak yang pandai namun tidak bisa antri mencerminkan dia punya sikap yang egois, mementingkan diri sendiri, tidak peduli dengan hak-hak orang lain dan tidak punya empati terhadap orang lain.
             
Sudah tiba masanya kita sebagai pendidik khawatir kalau anak-anak didik kita nanti tidak bisa “membuang sampah”, Sebagai pendidik kita harus tanamkan kebiasaan membuang sampah yang benar kepada anak-anak didik kita. Betapa pentingnya menumbuhkan karakter anak yang senantiasa menjaga kebersihan. Ketika kita dulu mengaji Ilmu Fiqih, bab pertama adalah ‘Thaharah’ , salah satu syarat mendirikan sholat adalah suci badan, pakain dan tempat sholat. Sholat tidak sah apabila salah satu dari tiga unsur tadi tidak suci. Makna yang lebih umum dari tempat sholat adalah lingkungan kita, tempat tinggal kita, dan rasanya tidak berlebihan kalau dikatakan belum sempurna iman seseorang  apabila dia tidak menjaga kebersihan lingkungan.

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...