Kamis, 21 April 2022

Sepatu Tua Cap “Ratu”



Sudah cukup, waktunya kamu pensiun. Mungkin itu yang harus saya katakan pada sepatu olah raga saya. Sudah lima tahun lebih sepatu warna putih merah itu menemani saya ketika lari pagi. Setelah beberapa kali saya perbaiki, akhirnya hari ini harus saya relakan menjadi penghuni tempat sampah.

Bila diakumulasikan, sepatu tua cap “Ratu” milik saya sudah menempuh ratusan kilometer. Tentu “jasanya” sudah cukup besar bagi saya. Melindungi kaki dari kerikil dan benda tajam di jalan, dan menjadikan aktivitas olah raga saya selama ini bisa berjalan dengan nyaman.

Dari segi artistik sebenarnya sepatu saya ini sudah layak pensiun dini. Namun dari segi fungsinya, saya cukup puas sehingga tetap saya pakai dalam jangka yang begitu lama. Jadi biar kulit luarnya sudah terkelupas, tapi memakainya masih terasa enak dan pas. Biar “body” sudah berantakan tapi tetap saja masih kokoh di jalan.

Umumnya sepatu olah raga saya hanya mampu bertahan satu atau dua tahun saja. Tapi sepatu cap “Ratu” kali ini memang luar biasa kuatnya. Memang selama ini ini saya lebih tertarik dengan sepatu yang kuat daripada sepatu yang “cantik” modelnya. Untuk penggunaan olah raga yang rutin, kerap fungsi utama sepatu lebih diutamakan daripada sekadar fungsi asesoris semata.

Di saat sepatu tua pensiun, adiknya kini telah siap melanjutkan tugas. Sama-sama cap “Ratu” tapi motif dan warnanya yang beda. Mengapa harus selalu cap “Ratu”, sebenarnya itu bukan pilihan saya. Cap Ratu, maksudnya Ra-Tuku atau tidak beli, alias dikasih orang tinggal pakai. Jadi kalau sudah punya tanpa beli, mengapa harus beli sendiri…

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...