Senin, 06 Juli 2020

MENJEMPUT REZEKI

Dalam Surat Hud Ayat 6 Allah Berfirman,”Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahuin tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpananya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfudz).

Rezeki bukan sekadar urusan untuk manusia saja. Pada dasarnya Allah telah menjamin rezeki semua makhluk-Nya. Dari makhluk yang paling besar sampai makhluk yang paling kecil. Beruang kutub yang hidup di tengah-tengah salju mendapat rezeki dari Allah. Sama halnya dengan semut hitam kecil yang berada di tengah-tengah gurun pasir Sahara, sudah dijamin rezekinya oleh Allah Yang Maha memberi rezeki.

Ada dua hal yang kita tidak boleh risau, yaitu tentang rezeki dan ajal. Dua hal ini sepenuhnya sudah ditentukan oleh-Nya. Selama masih ada rezeki yang tersisa, ajal tidak akan menjemput kita.

Rezeki dalam arti sempit sering diartikan makan, minum dan harta benda. Namun pengertian rezeki sebenarnya sangat luas meliputi banyak hal, tidak terbatas hanya harta benda dan materi belaka. Ilmu adalah rezeki, Isteri, suami, anak-anak yang sholih adalah rezeki bahkan punya tetangga yang baik pun merupakan rezeki dari Allah.

Ketika semua rezeki sudah menjadi tanggungan Allah, lantas bagaimana kita memahaminya? Apakah kita cukup diam saja menunggu kedatangan rezeki, atau kita berusaha sekuat tenaga menjemput rezeki.. ?.

Prof.Dr.Quraish Shihab menjelaskan tentang Surat Hud Ayat 6 di atas, bahwa makhluk yang dijamin rezekinya oleh Allah adalah yang “bergerak”, sebagaimana burung terbang di pagi hari keluar dari sarang menuju ke tempat jauh mencari makan, pulang ketika sore hari dalam kondisi temboloknya penuh dengan makanan. Atau seperti kawanan singa yang lari mengejar kerbau buruannya, bergerak berupaya mendapatkan mangsanya.

Begitu pula manusia, meskipun rezeki sudah dijamin oleh Allah, namun kita tetap diharuskan berusaha untuk menjemputnya. Seorang petani yang menanam padi di sawah, nelayan yang melaut mencari ikan atau pedagang yang dini hari sudah berangkat ke pasar adalah serangkaian usaha menjemput rezeki yang sudah ditetapkan baginya. “Tidaklah manusia mendapatkan apa-apa kecuali apa yang dikerjakannya.” (Surah An-Najm : 39). 

Rezeki sering datang tidak kita duga sebelumnya. Coba kita renungkan sejenak, sering akal kita tidak bisa menjangkau tentang rezeki yang ditetapkan oleh Allah untuk kita. Adakalanya rezeki datang dengan tidak disangka, tidak terduga. Sebagai misal, ikan laut yang hidup di dasar samudera yang dalam kalau sudah ditetapkan menjadi rezeki kita, dengan berbagai cara pasti akan ada di meja makan kita untuk kita nikmati, subhanallah…


“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya”. (QS.Ath-Talaaq)

 

Segala upaya, kerja dan ikhtiar kita bukan untuk mencari rezeki, karena Allah sudah menyiapkan untuk kita. Yang lebih tepat semua usaha kita hanyalah sekadar menjemput rezeki dari-Nya. Rezeki yang dijemput dengan usaha tangannya sendiri (bekerja) tentu lebih mulia daripada rezeki yang diperoleh dari meminta-minta. Sebagaimana sabda Nabi, tangan di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah.


 

 

 

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...