Jumat, 12 Juni 2020

MERAWAT IDE MENULIS


Mengawali hari Jumat berkah dengan menulis

Tidak bisa diingkari lagi, setiap hari di pikiran kita akan selalu ada gagasan tentang suatu hal atau keinginan melakukan sesuatu, untuk selanjutnya rancangan pikiran yang tertata di otak kita kemudian ada yang dilaksankan atau sebaliknya. Gagasan atau ide lahir karena manusia dikarunia akal budi sehingga selalu dinamis, ini yang paling membedakan kita dengan makhluk Allah yang lain.

Karya-karya monumental yang lahir sepanjang sejarah peradaban manusia berawal dari lintasan pikiran yang kita sebut ide. Kemegahan candi Borobudur diawali dari sebuah ide. Begitu juga ketika Facebook dibuat oleh Mark Zuckerberg, tadinya dia punya ide sederhana membuat jaringan pertemanan di kampusnya. Mark Zuckerberg sendiri mungkin tidak pernah berpikir Facebook menjadi sebesar seperti sekarang ini. Ketika merumuskan dasar negara, para Founding Fathers kita mengolah ide dan gagasan mulia dalam musyawarah mufakat yang pada akhirnya lahirlah Pancasila, sebagai kesepakatan bersama dan menjadi dasar negara yang sampai kini menjadi perekat dan pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk.

Bagi penulis ide harus diwujudkan dengan sebuah karya tulis. Karena ide adalah sebuah anugerah. Menundanya sama halnya membuang peluang yang ada. Terus menulis tidak menjadikan kita kehabisan ide dan gagasan. Sedangkan menunda menulis ide yang telah lahir dalam benak kita berarti menunda kita meraih manfaat. Jangan takut mempunyai ide baru, bisa jadi ide kita menjadi rintisan inspirasi bagi orang lain. Memang hal yang kita tulis tak akan sepadan manfaatnya dengan karya penulis besar, namun tidak usah gamang. Setidaknya kita telah mengikuti jalan orang-orang besar yang jejak langkah hidupnya dipenuhi dengan kebijakan. Penulis tidak hanya bisa menilai, namun ia membuktikan diri dengan berkarya. Tidak hanya banyak bicara namun banyak berpikir dan bertindak nyata.

Ketika kecil banyak anak ditanya apa cita-cita nanti. Kemudian mereka akan menjawab kalau dewasa ingin menjadi pilot, dokter, pengusaha, guru atau profesi lain yang diinginkan. Masa depan bagi anak kecil adalah ketika dia telah mencapai usia dewasa. Bagi kita masa depan kita adalah saat ini, besok ketika hari berlalu musim berganti belum tentu kita masih ada. Seperti apa yang disampaikan Syaidina Ali Bin Abi Thalib, waktu yang kita punya ada tiga. Pertama waktu kemarin, waktu yang sudah dijalani dan telah kita lintasi. Waktu yang sudah tidak bisa kita rubah lagi. Bila kita melaluinya dengan amal kebaikan niscaya kelak kita akan beruntung. Tetapi kebalikannya bila kita hanya punya sedikit tabungan kebaikan kita pasti menderita. Kedua waktu sekarang, waktu kita melakukan tindakan nyata, adalah saat menabur benih kebajikan dan menyemai kemaslahatan. Ketiga waktu yang akan datang, merupakan waktu yang masih dalam angan-angan. Dari ketiga waktu hakikatnya tinggal satu yang kita miliki yakni waktu saat ini. Jangan sia-siakan waktu hari ini, lahirkan ide baru, olah menjadi karya yang memberi faedah bagi orang lain. Atau setidaknya membawa kebaikan untuk diri kita sendiri

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...