“Keberuntungan” kadang memainkan perannya dalam kehidupan manusia, sekalipun kerap tidak masuk akal. Karena itulah takdir mereka. Boleh jadi keterlambatanmu dari suatu perjalanan adalah keselamatanmu. Boleh jadi dipecatnya engkau dari pekerjaan adalah suatu maslahat. Boleh jadi engkau membenci sesuatu tapi ternyata itu baik untukmu, karena Allah Maha Mengetahui Sedangkan engkau tidak mengetahui. Sebab itu, jangan engkau merasa gundah terhadap segala sesuatu yang terjadi padamu, karena semuanya sudah atas izin Allah. Jangan banyak mengeluh karena hanya akan menambah kegelisahan.
Perbanyaklah bersyukur, Alhamdulillah, itu yang akan mendatangkan kebahagiaan. Terus ucap alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, sampai engkau tak mampu lagi mengucapkannya. Jangan selalu melihat ke belakang karena disana ada masa lalu yang menghantuimu. Jangan selalu melihat ke depan karena terkadang ada masa depan yang membuatmu gelisah. Namun lihatlah ke ‘atas’ karena di sana ada Allah yang Maha Tahu. Menyibukkan diri dalam pekerjaan akan menyelamatkan dirimu dari tiga masalah; yaitu kebosanan, kehinaan, dan kemiskinan.
Aku tidak pernah mengetahui adanya rumus kesuksesan, tapi aku menyadari bahwa “rumus kegagalan adalah sikap asal semua orang”. Teman itu seperti anak tangga, boleh jadi ia membawamu ke atas atau ternyata sebaliknya membawamu ke bawah, maka hati-hatilah anak tangga mana yang sedang engkau lalui. Hidup ini akan terus berlanjut baik itu engkau tertawa ataupun menangis, karena itu jangan jadikan hidupmu penuh kesedihan yang tidak bermanfaat sama sekali.
Berlapang dadalah, maafkanlah, dan serahkan urusan manusia kepada Tuhan, karena engkau, mereka, dan kita semua, semuanya akan berpulang kepadaNya. Jangan tinggalkan sholatmu sekali pun. Karena di sana, jutaan manusia yang berada di bawah tanah, sedang berharap sekiranya mereka diperbolehkan kembali hidup mereka akan bersujud kepada Allah SWT walau sekali sujud. Jangan selalu bersandar pada cinta, karena itu jarang terjadi. Jangan bersandar kepada manusia karena ia akan pergi. Tapi bersandarlah kepada Allah SWT, karena Dialah yang menentukan segalanya.
….rangkaian untaian kata-kata di atas menurut saya adalah nasehat yang bagus yang mampu menyentuh bagian terdalam di hati. Saya tidak tahu siapa yang membuatnya, kata-kata tersebut saya dapatkan dari postingan berantai di sebuah grup WA.
Media sosial adalah alat yang bisa kita gunakan untuk kebaikan atau sebaliknya. Ibarat sebuah pisau, akan sangat bermanfaat bagi seorang chef, ia gunakan memotong daging segar, mengiris bumbu-bumbu masak yang pada akhirnya mengolahnya menjadi menu yang siap disajikan. Namun pisau bisa menjadi sesuatu yang berbahaya apabila yang memegang adalah seorang penjahat, bisa jadi pisau menjadi alat kejahatan.
Sudah seharusnya kemajuan tehnologi informasi seperti sekarang ini kita syukuri dengan menggunakannya sebijak mungkin. Media sosial menjadi sarana menyebarkan ilmu dan kebaikan, mengajak orang peduli dengan sesama, menyambung silaturrahim yang terputus maupun penggunaan lain yang bermartabat dan bermanfaat. Meskipun kita harus akui wajah media sosial kita saat ini masih akrab dengan hoax, ujaran kebencian, bully, dan prank.
Kemampuan jangkauannya yang luas menjadikan media sosial sarana yang sangat efektif. Manfaat yang ditebar pun akan menjangkau banyak orang, namun harus diingat seandainya hal buruk yang kita semai dampaknya juga akan semakin besar. Semua yang kita unggah di media sosial tercatat dan terdokumen yang disebut “digital shadow”. Aktifitas kita menggunakan internet pasti meninggalkan jejak di masing-masing perangkat pengguna atau juga tersimpan di server-server perusahaan internet, sering menyebut dengan jejak digital. Artinya apabila apa yang kita unggah bila itu ada manfaatnya maka akan terus mengalir sebagai amal kebajikan, namun apabila yang kita unggah sebaliknya, dampak buruknya akan kembali ke kita juga. Pun seandainya kita bisa menghapus semua jejak digital, jangan lupa apa yang kita unggah tetap kita pertanggungjawabkan kelak di hari pembalasan.
Sekarang dan nanti media sosial akan menjadi komponen penting manusia modern, mau atau tidak mau peadaban manusia bergeser menuju dunia digital. Pola komunikasi sudah tidak terelakkan menggunakan media sosial. Bukan harus menjauhi media sosial, namun bagaimana kita bisa menggunakannya dengan bijaksana dan tidak berlebih-lebihan.