Sabtu, 27 Agustus 2022

Kesempatan Kedua

 



Kata orang kesempatan itu tidak datang untuk kedua kali. Mumpung ada kesempatan seharusnya bisa digunakan dengan sebaik-baiknya. Hidup di dunia ini juga sekali, tak akan ada kesempatan lagi memperbaiki diri apabila hidup telah barakhir. Jadi, selagi masih ada kesempatan waktunya kita mengisi dengan tabungan kebaikan.

Tapi bagi Pak Budi (bukan nama sebenarnya) kesempatan ternyata datang untuk kedua kalinya. Pada bulan Ramadhan kemarin beliau terkena serangan stroke yang sangat berat. Parahnya, menurut diagnosa dokter ada pembuluh darah di otak yang telah pecah. Berminggu-minggu harus pulang pergi melakukan perawatan kesehatan di Rumah Sakit. Tak cukup itu, beliau harus melakukan terapi kesehatan alternatif guna mempercepat pemulihannya.

Dengan usaha gigih dan semangat yang kuat untuk sembuh ternyata membuahkan hasil yang manis. Pada pelaksanaan shalat Iduladha kemarin beliau sudah bisa melaksanakan shalat berjamaah di masjid meski masih menggunakan kursi. Rupanya Allah masih memberi kesempatan kedua bagi Pak Budi.

Mungkin banyak kerabat dan sahabat beliau, termasuk saya tidak mengira beliau bisa pulih dengan cepat. Padahal sakit yang diderita beliau sudah sangat berat. Jangankan untuk berjalan, sekadar menggerakkan tangan dan berbicara saja sudah sulit. Kini meski masih pelan, tetapi beliau sudah bisa berjalan sendiri tanpa alat  bantu dan mampu berkomunikasi dengan baik.

Dengan kondisi yang terus membaik Pak Budi juga semakin sering saya lihat shalat fardhu di masjid. Namun akhir-akhir ini saya jarang melihat beliau berjamaah. Rupanya beliau sudah mulai kembali beraktivitas di tempat kerja. Perlahan, semua kegiatan yang beliau tinggalkan selama sakit kini dapat dikerjakan kembali. Semua orang memang diberi kesempatan, namun tidak semuanya punya kesempatan kedua seperti Pak Budi.

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...