Minggu, 27 Desember 2020

MENITI HARAPAN BARU



“Sekiranya hari kiamat hendak terjadi, sedangkan di tangan salah seorang di antara kalian ada bibit kurma maka apabila dia mampu menanamnya sebelum terjadinya kiamat maka hendaklah dia menanamnya.” (HR. Imam Ahmad).

 

Mencoba menggali makna hadits Nabi di atas. Sejauh pemahaman saya yang dangkal, kita akan menemukan makna sikap yang optimis. Kita dilarang berpikir pesimis. Bagaimanapun kondisi yang sedang terjadi, kita tetap diwajibkan untuk memiliki keyakinan dan mampu mengambil tindakan yang terbaik. Karena tiada yang sia-sia dari sebuah harapan dan perbuatan yang baik.

Apa yang terjadi saat ini tidak pernah diharapkan oleh siapa pun. Tapi mengeluh dengan kondisi yang dihadapi juga tidak mampu mengurangi beban, apalagi meyelesaikan masalah. Mengeluh justru menjadikan semua akan terasa lebih berat. Bila mana ingin mengeluh, hanyalah pada yang Maha Mendengar saja. Panjangkan ruku’ dan sujud. Nikmati kesendirian di malam-malam yang sunyi di saat banyak orang yang terlelap dalam mimpi.

Harapan itu masih selalu ada, kebahagiaan dan kedamaian hidup akan tiba. Yakinlah pada saatnya matahari akan terbit menggantikan gelapnya malam. Dan, badai pasti akan berlalu. Masa kemudahan akan datang setelah masa-masa yang sulit. Dan semua itu bagi Allah adalah sangat mudah. Tugas kita sebagai hamba sekadar menyempurnakan usaha dan bersabar menunggu pertolongan-Nya.

Dalam segala keadaan yang kita jalani, ada hal yang harus tetap disyukuri. Karena dengan syukur ada kelegaan dalam hati. Ada sinar kebahagiaan yang tetap terang di sanubari. Mengutip sebuah quote, “Kita tidak akan pernah akan menemukan yang kita cari hingga kita mengetahui dengan pasti apa yang sebetulnya kita cari. Demikian juga orang mencari kebahagiaan ke mana-mana, kalau dia tidak tahu apa bahagia, maka selamanya akan merasa menderita”.

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...