Jumat, 16 April 2021

PUASA DAN MELATIH KEJUJURAN



Dalam kisah yang cukup mashur diceritakan. Dulu ada seorang santri yang sangat disayang oleh Kiainya. Dalam perjalanan waktu, teman-teman santri tersebut merasa cemburu karena Kiainya memiliki perlakuan khusus terhadap santri kinasihnya tadi. Pada suatu kesempatan santri-santri yang lain memberanikan diri protes langsung kepada Sang Kiai.

Beberapa hari setelah mendapat “demo” dari santri-santrinya, Kiai mengumpulkan seluruh santri dan memberi tugas. “Carilah burung merpati, kemudian kalian sembelih di tempat yang tidak ada yang melihatnya”. Sesaat kemudian seluruh santri kembali dengan membawa burung merpati yang sudah disembelih. Dari empat puluh santri yang diperintah, rupanya ada satu santri yang kembali dengan membawa burung merpati belum disembelih. Dan ternyata santri itu adalah kesangan Pak Kiai. “Saya sudah mencari tempat yang paling tersembunyi Pak Kiai, tapi Allah masih melihat”, kata santri kinasih ini.

Mungkin kisah di atas hanya cerita fiktif. Namun ada pesan penting yang amat berguna bagi pendidikan kejujuran anak. Jujur dalam arti sikap yang lurus hati, menyatakan yang sebenar-benarnya tidak berbohong atau berkata hal-hal yang menyalahi apa yang terjadi. Kejujuran yang tertinggi tentunya ketika seseorang mampu jujur terhadap diri sendiri. Merasa selalu dalam pengawasan Allah, sehingga ia merasa tiada guna berbohong. Karena orang lain mungkin bisa dibohongi, tapi diri sendiri tidak akan pernah bisa dikelabuhi.

Dalam surat Luqman ayat 16, dikisahkan bagaimana Luqman Hakim menanamkan sifat jujur pada buah hatinya. (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui.

Sifat jujur sangat penting dan harus dimiliki oleh setiap individu. Wajib hukumnya bagi kita untuk selalu berusaha jujur dalam hal apapun baik lisan maupun perbuatan. Sifat ini adalah dasar dan sebuah patokan sebuah kepercayaan. Jika kita sekali dapat dipercaya, orang lain akan mempercayai kita dan menilai kita seterusnya baik.

Puasa adalah ibadah yang melatih kejujuran kita. Siapa yang tahu bila kita makan atau minum di tempat yang sunyi. Mungkin saja tidak ada orang yang akan mengetahuinya. Tapi bukankah Allah Maha mengetahui. Dan inilah yang tertanam dalam hati orang-orang beriman. Mereka selalu sadar setiap saat dalam pengawasan Allah. Tiak ada ruang dan waktu yang bisa menyembunyikan segala gerak-gerik kita. Bahkan apa yang terlintas dalah hati yang terdalam, Allah Maha tahu.

 

 

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...