Jumat, 13 Agustus 2021

PANGGILAN HATI



Usianya memang sudah tua, sebut saja namanya Mbah Dullah (bukan nama sebenarnya). Sudah bertahun-tahun Mbah Dullah rutin berjama’ah di masjid. Dulu sebelum istri beliau wafat, bila berjamaah selalu bersama istrinya. Berjalan kaki dari rumahnya yang hanya berjarak sekitar dua ratus meter saja dari masjid.

Mbah Dullah selalu shalat di shaf depan bagian kanan. Beliau selalu datang sebelum muazin mengumandangkan adzan. Biasanya Mbah Dullah duduk bersila menunggu waktu shalat tiba. Akhir-akhir ini saya sering melihat Mbah Dullah shalat berjamaah sambil duduk. Mungkin karena kondisinya yang semakin tua, sehingga untuk berdiri saja beliau sudah tidak kuasa. Berjalan pun kini selalu memakai tongkat, namun setiap kali ditawari untuk naik motor diantar pulang, beliau selalu menolak dengan sopan.

Mbah Dullah adalah sosok yang harus ditiru. Istiqomahnya dalam berjamaah mengalahkan segala keterbatasan fisiknya. Bila ibadah sudah menjadi panggilan hati, semua menjadi serba mudah. Mudah melangkahkan kaki menuju masjid meski fisik sudah tidak kuat lagi. Hari-hari di masjid selalu bersua dengan beliau, meski kami jarang bercakap-cakap. Memang beliau jarang berbicara, hanya sesekali menjawab bila ditanya.

Ternyata, tidak perlu ilmu tinggi untuk mengamalkan jamaah shalat di masjid. Tidak perlu banyak biaya untuk meraih kemuliaan ibadah di masjid. Meski kenyataannya banyak yang tidak mampu istiqomah seperti Mbah Dullah. Banyak rumahnya yang dekat dengan masjid tapi hatinya terasa jauh. Telinganya selalu mendengar adzan tapi hatinya tidak terpanggil untuk memenuhi undangan-Nya.

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...