Minggu, 05 Februari 2023

Doa Sebagai Pangkal Ibadah



Doa merupakan amalan yang selalu menyertai aktivitas kita dalam setiap waktu. Diawali dari kita bangun dari tidur hingga kita berangkat tidur kembali. Apapun yang kita lakukan, seperti makan, hendak melakukan perjalanan, dan bahkan dalam salat pun kita melafazkan doa-doa. Doa adalah penyerahan diri kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dalam memohon keinginan dan meminta dihindarkan dari hal yang dibenci.

Doa adalah salah satu ibadah termulia dan paling tinggi kedudukannya dalam Islam. Doa juga berarti ibadah yang utama, sebab doa adalah inti dan ruhnya ibadah. Di dalam doa, seorang hamba menunjukkan kerendahan, kelemahan dan kebutuhannya terhadap Allah Subhanahu wa ta’ala. Doa menunjukan akan ketergantungan (tawakkal) yang mendalam dari hamba kepada Allah, juga permintaan tolong kepada-Nya.

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bersabda; “Doa adalah murninya (otak atau pangkalnya) ibadah.” Setiap doa yang kita panjatkan akan dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala, entah itu segera ataupun ditangguhkan. Karena mengenai kapan dikabulkannya doa yang kita panjatkan adalah hak Allah Subhanahu wa ta’ala selaku pemilik kehidupan.

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya AKU dekat. AKU mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS Al-Baqarah 186).

Doa adalah bukti kita sangat membutuhkan rahmat-Nya. Dalam doa ada jaminan dari Allah untuk dikabulkan. Doa bukanlah bahasa permintaan hamba semata. Doa merupakan ungkapan kerinduan jiwa hamba pada Rabbnya. Bentuk pengakuan atas kelemahan seseorang, munajat dan keluh kesah dalam rasa penuh kedekatan.

Doa pasti akan mendekatkan hamba dengan Tuhannya. Di dalam doa seorang hamba merasa tidak memiliki apa-apa, tidak mampu melakukan apa-apa selain apa yang Allah kehendaki. Di saat seperti itulah runtuh semua sifat takabur yang bercokol dalam kalbunya. Berganti menjadi takut dan penuh pengharapan. Takut dengan kemurkaan Allah dan selalu berharap agar doa-doanya dikabulkan.

Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; “Doa salah seorang dari kalian  akan dikabulkan selama ia tidak tergesa-gesa, dengan mengatakan, “Aku berdoa, tetapi belum dikabulkan juga”. (HR. Al-Bukhori).

Mengutip perkataan (mutiara penuh hikmah) dari Khalifah Ali bin Abi Thalib tentang doa, “Saya meminta sesuatu kepada Allah. Jika Allah mengabulkannya untuk saya maka saya gembira sekali saja. Namun, jika Allah tidak memberikannya kepada saya maka saya gembira sepuluh kali lipat. Sebab, yang pertama itu pilihan saya. Sedangkan yang kedua itu pilihan Allah Subhanahu wa ta’ala.”

Ada kalanya doa seorang hamba itu dikabulkan oleh Allah seketika ataupun ditunda dalam jangka tertentu. Atau doanya menghilangkan daripadanya keburukan yang semisalnya. Bisa jadi doanya masih ditangguhkan untuk disimpan sebagai pahala di akhirat kelak. Dan ada pula yang doanya sebenarnya dikabulkan namun diganti dalam bentuk karunia yang berbeda demi kemaslahatan hamba tadi.

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal (sebenarnya) ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyenangi sesuatu, padahal sebenaranya ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tiada mengetahui” (QS. Al Baqarah: 216)

Allah Mahatahu apa yang terlintas dalam kalbu kita. Sebenarnya tanpa kita ucapkan pun Allah Mahatahu. Makanya lebih baik jika dalam doa kita memiliki hati tanpa kata-kata daripada kata-kata tanpa hati. Maknanya doa yang mengalir dari lisan saja sementara hatinya lalai bukan doa yang tergolong baik.

Doa merupakan perintah Allah, dan ada tata cara atau adab berdoa yang mesti kita penuhi. Doa harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan diawali dengan membersihkan hati. Apabila seseorang telah melakukan perbuatan keji, maka diwajibkan untuk bertaubat dan menyesali segala perbuatannya agar doa-doa yang ia panjatkan dapat lebih mudah dikabulkan oleh Allah.

Tak perlu kita banyak mengeluh kepada manusia. Karena mereka juga sama seperti kita. Punya masalah hidup, keterbatasan ilmu, dan kelemahan sebagai hamba biasa. Selain itu, menunjukkan kekurangan di hadapan orang justru akan merendahkan derajat dirinya sendiri. Cukup kita curahkan segala harapan dan permohonan kepada Dzat yang maha mencukupi segala hajat hamba-Nya.

Semoga kita tergolong hamba-hamba yang senatiasa menggantungkan diri pada Allah dengan doa. Dijauhkan dari sifat tercela, yakni orang-orang yang meninggalkan doa atau enggan berdoa karena merasa hidupnya sudah tidak ada kurangnya. Mereka tidak membutuhkan pertolongan karena hatinya telah tertutup kesombongan.

 


 

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...