Senin, 21 September 2020

HARGAI KEMAMPUANMU

 



Dulu, sewaktu masih di bangku Madrasah Aliyah saya memiliki teman yang begitu percaya diri. Sebenarnya bila dilihat dari prestasi akademiknya tidak menonjol dari teman-teman yang lain. Biasa-biasa saja tidak ada yang istimewa. Penampilannya pun umum seperti teman-teman yang lain. Dia juga bukan anak orang yang berada, terlahir dari keluarga sederhana seperti pada umumnya tidak terlalu jauh beda dengan yang lain. Hanya satu yang paling tampak adalah sikap percaya dirinya yang begitu tinggi.

Itu yang menjadikan saya dulu penasaran dengan teman saya yang satu ini. Karena pada waktu itu saya tergolong anak pemalu, rasanya penting mengetahui apa hal yang menjadikan dia memiliki kepercayaan diri yang baik. Dan suatu ketika saya sempat berbicara empat mata dengannya lalu bertanya. Apa hal yang menjadikan dia begitu percaya diri. Rupanya sederhana saja filosofi yang dipegangnya. Semua orang itu pada dasarnya sama, kalau pun ada sisi lebihnya hanya sedikit saja. Dan kalau pun ada sisi kurangnya juga sedikit. Mungkin maksudnya, kita perlu memandang orang secara proporsional. Tidak melebih-lebihkan dan tidak pula merendahkan. Kecakapan yang dimiliki seseorang bisa ditiru bila kita memiliki kemauan belajar. Sehingga kita tidak menganggap rendah kemampuan diri sendiri.

Setelah sekian belas tahun berpisah, kini kami bisa bertemu kembali. Banyak hal yang telah berubah, namun sikap percaya dirinya tidak pernah berubah. Hari ini, dalam pengamatan saya, dia tergolong orang berhasil dalam pekerjaan yang ditekuninya. Ini tentu hanya berdasar standar umumnya penilaian orang. Dilihat dari apa yang dia capai bila dibandingkan teman yang lain, dia jauh telah berkembang. Keberhasilan bisa saja dikatakan orang sebagai sebuah keberuntungan, sudah menjadi “nasibnya”. Namun yang pasti banyak faktor dari kesuksesannya, salah satunya menurut asumsi saya karena dia memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Kata beruntung harus kita letakkan di akhir kalimat. Karena di depannya selalu ada kerja keras, keberanian bertindak, terus belajar dan memiliki perhitungan yang matang. Kesuksesan memiliki formula dan bisa dipelajari, sedangkan keberuntungan sulit dimengerti.

Menurut para motivator, umumnya (kebanyakan) orang terjebak dengan anggapannya sendiri yang menilai orang lain terlalu hebat dan menganggap rendah kemampuan sendiri. Anggapan ini secara bawah sadar akan menjadikan pesimis dengan potensi dirinya. Bila kita amati dengan cermat, orang-orang yang kita anggap hebat sebenarnya hanya memiliki sedikit perbedaan dengan orang biasa. Secara kecerdasan mungkin tidak jauh berbeda, yang membedakan adalah kegigihan dalam usahanya. Orang-orang hebat biasanya “keras kepala” dan berusaha lebih dari orang-orang pada umumnya. Mereka memiliki kepercayaan diri yang kuat. Kepercayaan yang kuat menggerakkan pikiran untuk mencari jalan dan sarana serta cara melakukannya. Mereka tidak takut dengan kegagalan, karena bagi mereka hidup adalah perjuangan dari kegagalan satu ke kegagalan berikutnya sampai mencapai sukses di akhir langkah. Mereka tidak takut melakukan hal baru yang memiliki tantangan, sedangkan umumnya orang lebih suka berada dalam “comfort zone” (area nyaman)

Dan bila kita kaitkan dengan semangat belajar menulis semua memiliki relevansi. Belajar menulis menuntut kita memiliki pepercayaan diri. Esensi dari hambatan menulis ada dalam diri kita sendiri (internal). Kita harus berani mendobrak semua sekatan yang merintangi selama ini. Siapa lagi yang kita harapkan membangkitkan rasa kepercayaan diri kita selain diri sendiri. Tetap yakin dalam kesadaran penuh untuk bangkit dan berdiri kokoh. Kita diuntungkan memiliki komunitas belajar menulis. Saling mendukung dan saling mengisi. Orang yang memiliki kemauan berkembang akan selalu membuka diri dengan banyak mendengar, banyak melihat dan sedikit mengeluh.

 

 

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...