Kamis, 07 Desember 2023

Politik Perang Banner

 



Pemilu serentak di negeri kita tinggal beberapa bulan lagi dilaksanakan. Tanggal 14 Februari yang akan datang akan menjadi ajang “pertarungan” para kandidat Caleg, Capres dan Cawapres meraih suara terbanyak demi memuluskan meraih kursi yang diidamkan.

Ada pemandangan yang lazim yang dapat kita lihat di sepanjang jalan raya menjelang pemilu dilaksanakan. Yaitu, banyaknya banner Caleg, Capres dan Cawapres dipasang (dipaku) di pohon maupun ditempelkan di tiang listrik atau tiang telephon. Sepanjang jalan seolah menjadi etalase yang menampilkan wajah-wajah ramah yang mencari simpati pemilih.

Mari sejenak kita cermati ketika para politisi memasang gambarnya di pinggir jalan. Sebenarnya banner tersebut mirip-mirip dengan kontestan lain, tersenyum dan tangan mengepal sebagai simbol siap berjuang untuk rakyat.

Mengapa para politisi harus banyak memasang banner?. Apakah sekadar untuk mengenalkan dirinya. Bukankah semua itu nantinya hanya akan menjadi sampah yang mengotori jalan kita. Belum lagi tersiksanya pohon-pohon peneduh di sepanjang jalan. Apakah politik pasang banner benar-benar efektif meraih simpati pemilih. Sepertinya tidak demikian.

Mungkin saja politik perang banner tidak begitu berpengaruh dalam mendulang suara, namun demikian tetap saja pemilu kita pasti akan diwarnai dengan banyaknya banner yang dipajang. Setidaknya para pengusaha percetakan banner akan mendapatkan kenaikan pendapatan yang signifikan. Dengan begitu, pemilu akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi rakyat.

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...