Minggu, 19 Juni 2022

Energi Sillaturrahim



Untuk orang seusia kami, 43, 44 atau 45 tahun, masa depan kita adalah hari ini. Dulu waktu masih belia kami punya cita-cita yg diimpikan, dan saat inilah impian itu wujud. Bisa jadi nyata seperti apa yang diinginkan. Namun bisa pula jauh berbeda. Orang sering menyebut dengan kesuksesan. Sebenarnya ukuran sukses tidak bisa dibatasi dengan sekadar keberhasilan material. Tapi sukses tertinggi ketika kita bisa memberi kemanfaatan bagi orang lain.

Ketika bertemu teman seangkatan kita  seperti bercermin. Perlahan-lahan sudah meninggalkan dunia hitam. Garis-garis tua di wajah sudah mulai kelihatan. Yang masih tertinggal adalah sisa-sisa kecantikan atau ketampanan yang sudah semakin samar terlihat. Tubuh juga tidak setegap dan sekuat dulu lagi. Itu sudah sunatullah yang tidak mungkin bisa dilawan.

Reuni itu menyambung ukhuwah sekaligus pengingat untuk muhasabah. Semakin menua mestinya kita semakin bijaksana. Seperti filosofi padi, semakin tua semakin menunduk. Tanda ia berisi. Lihat dengan jujur, apakah kita seperti itu.

Setiap sillaturrahim energi kami serasa bertambah. Ada semangat untuk terus berbagi kebahagiaan. Cerita-cerita pilu kami simpan dalam kalbu, yang ada hanya canda gurau antar sahabat lama yang tetap akrab.

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...