Minggu, 07 Maret 2021

MUSIBAH, UJIAN KEIMANAN



Di tengah kesulitan selalu terdapat kesempatan. Bersama kesulitan ada kemudahan-kemudahan. Inilah yang menjadikan kita tetap optimis dalam menghadapi situasi apapun. Petuah orang tua kita dulu, “Wong sabar iku rejekine jembar” , bila diresapi terkandung makna yang dalam, yakni sikap positif dalam mengahadi sebuah permasalahan. Sebagai contoh, ketika kita terjatuh, maka mereka (orang tua) mengatakan, “Untung Cuma lecet saja”. Atau bahkan bila jatuhnya mengakibatkan patah tulang tangan, mereka masih bisa berkata, “Untung Cuma tangan yang patah, kaki masih baik-baik saja tidak ada yang luka”.

Bagaimana bisa jatuh hingga patah tulang tangan masih dikatakan beruntung. Maknanya adalah, di balik musibah masih ada nikmat yang tersembunyi. Ketika bersabar, Allah memberi rezeki kelapangan hati. Bisa saja musibah mengakibatkan kerusakan yang lebih berat, namun ternyata tidak separah yang diperkirakan. Inilah model berpikir positif. Masih bisa bersyukur ketika menghadapi sebuah musibah. Karena dengan masih adanya rasa syukur kita tidak terlalu banyak mengeluh dan menyesali nasib.

Sekarang pun kita masih dalam masa menghadapi musibah. Meski sudah banyak kalangan yang memprediksi bahwa pandemi akan segera berakhir. Landasannya tentu karena melihat banyak indikator yang ada saat ini. Badai akan segera berlalu. Dan dalam kurun selama satu tahun, kita benar-benar mengalami ujian yang tidak bisa dikatakan mudah. Namun, kita tetap punya sikap optimis. Baik sangka terhadap Allah yang telah menimpakan musibah sebagai ujian keimanan bagi semua hamba-Nya.

Meski musibah, tapi masih ada berkah di dalamnya. Bila direnungkan, wabah yang telah terjadi membawa kesadaran baru bagi kita semua. Kesadaran betapa pentingnya dan besar nikmat kesehatan. Pentingnya kepedulian terhadap saudara-saudara di sekitar kita yang memerlukan uluran tangan. Dan semakin kuatnya kita menggantungkan harapan hanya pada Allah semata tempat meminta pertolongan.

Sebuah nasihat untuk kita, bersedih ketika mendapatkan musibah itu wajar dan manusiawi. Namun tentunya itu hanya sesaat saja. Segera kita sadar dan menerima segala ketetapan dari-Nya. Karena sudah menjadi kepastian Allah, setiap orang beriman akan menghadapi ujian keimanannya. Dan, pastilah kita semua ingin menjadi hamba-hamba Allah yang lulus dalam menghadapi ujian dan mendapat predikat mukmin yang bertaqwa. Aminn….

Selamat Istirahat.

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...