Selasa, 18 Agustus 2020

TAMU ISTIMEWA


Hari ini terasa spesial, karena mendapat kunjungan Dr. Ngainun Naim, M.H.I. Ketua LP2M IAIN Tulugagung. Bagi kami di Grup WhatsApp “Maarif Menulis”, sosok beliau adalah guru literasi, motivator, mentor atau pembimbing menulis...satu lagi dosen Blogger. Sebenarnya beliau juga kakak “seperguruan” saya. Itu istilah dalam dunia persilatan. Kami sama-sama alumni MTsN Tunggangri Kalidawir. Hanya selisih tiga tahun. Prof Naim lulusan Tahun 1991 saya 1994.

Banyak hal menarik yang beliau sampaikan dalam obrolan santai tadi sore. Meskipun tidak sampai satu jam kami berbincang, banyak ilmu dan pengalaman yang bisa saya serap dari beliau. Cerita ketertarikan beliau dalam dunia menulis berawal dari kegemaran membaca. Sejak kecil ternyata memang sudah rajin membaca. Apa saja dibaca, buku, majalah dan koran. Penulis yang hebat pasti seorang pembaca yang tekun. Meskipun pembaca yang tekun tidak serta merta pasti menjadi penulis yang baik. Bagaimana proses perjuangan menjadi penulis yang dilalui dengan penuh usaha keras tanpa kenal putus asa. Dulu pada awal ngeblog, rajin menulis namun tidak ada yang membaca, padahal proses menulis terkadang tidaklah mudah.

Dengan aktif menulis buku yang jumlahnya sudah puluhan judul. Bahkan sudah banyak yang masuk ke Penerbit Mayor, menulis di Blogger serta membuat jurnal ilmiah banyak hal telah dicapai oleh beliau. Keliling Indonesia dan memiliki jaringan dengan para penulis terkenal. Bagi beliau, menulis sebenarnya tidak sekadar hobi. Menulis bukan hanya bertujuan mendapat royalti. Atau hanya “nggaya” disebut sebagai penulis. Semua itu hanya bonus "kecil" bila dibanding dengan niat mulia dalam menulis. Menulis adalah perjuangan dan sebuah jalan dakwah.

Sempat juga beliau menyampaikan bahwa di “Maarif Menulis” banyak talenta menulis yang bagus. Dengan menyebut beberapa nama seperti Bu Eti, Kang Noer, Mas Badi, Kang Ansori dan beberapa yang lain yang punya potensi menulis. Semua sedang berproses. Kuncinya tetap terus menulis. Perkara menerbitkan buku hanyalah masalah waktu.

Merasa diri ini beruntung bisa kenal dan banyak belajar dengan beliau. Tidak terbatas hanya menulis, namun banyak hal lain yang harus diteladani. Apa yang beliau perjuangkan selama ini adalah inspirasi yang luar biasa. Sedikit demi sedikit banyak yang terbangun kesadarannya untuk menulis. Terima kasih Prof….

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...