Selasa, 20 Oktober 2020

JANJI ADALAH JANJI



“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah itu sesudah meneguhkannya….” (An-Nahl: 91)

Begitulah perintah Allah Subhanahu wa ta’ala kepada orang-orang yang beriman untuk senantiasa menjaga, memelihara, dan melaksanakan janjinya. Hal ini mencakup janji seorang hamba kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, janji kepada sesama manusia, dan janji atas dirinya sendiri seperti sumpah (nadzar).

Dalam kehidupan manusia pasti ada hubungan dan pergaulan dengan orang lain. Ini adalah sebuah keniscayaan. Karena manusia adalah makhluk sosial, yang tidak mungkin hidup sendiri. Nilai kemuliaan seseorang dalam hubungan dengan sesama salah satunya adalah kebenaran ucapan dengan tindakannya. Dan di antara akhlak terpuji yang utama adalah menepati janji.

Bagai ungkapan, lidah tidak bertulang. Amat mudah mengucapkan janji. Dan janji memang ringan diucapkan namun kadang berat untuk ditunaikan. Betapa banyak orang yang dengan mudahnya berjanji untuk bertemu namun tak pernah menepatinya. Dan betapa banyak pula orang yang berhutang namun mengingkari perjanjiannya.

Dalam masyarakat kita sangat umum ketika berjanji mengucap kata “Isya’Allah”. Seakan-akan ketika mengucap kata tersebut janji yang diucapkan tidak harus dilaksanakan. Kata Insya’Allah seolah menempatkan janji berada di antara dua pilihan, bisa memenuhi atau membatalkannya. Padahal kata Insya’Allah adalah sebuah kesadaran bahwa semua bergantung pada kehendak Allah. Sesuatu yang hendak kita kerjakan bila Allah tidak menghendaki maka semua akan tidak bisa terjadi. Dengan kesadaran itu kita tidak bisa memastikan semua akan terwujud tanpa izin-Nya. Kata Insya’Allah bukan kata yang membolehkan kita mengabaikan janji dan bukan sekadar kata basa-basi dalam sebuah janji.

Janganlah mudah berjanji bila dalam hati tidak bermaksud menunaikannya. Karena janji adalah janji yang akan tetap wajib dipenuhi. Bahkan janji orang tua terhadap anak kecilnya sekalipun. Sekali orang tua berjanji kemudian tidak memenuhinya, akan tertanam dalam sanubari anak bahwa orang tuanya suka berbohong. Bahkan bila ini sering terulang, dikhawatirkan akan tumbuh subur sifat buruk dalam karakternya. Sifat mengingkari janji.

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...