Jumat, 18 Desember 2020

MEMBANGUN SEMANGAT MENULIS


Kemana semangat menulis itu?. Dulu, pada awal grup “Ma’arif Menulis” dibentuk, setiap hari grup diramaikan dengan banyak tulisan. Seperti kita ketahui dalam satu hari pernah mencapai hampir 20 tulisan. Kini keadaannya sudah jauh berbeda. Hari-hari di grup menulis semakin sepi.  Memang satu dua tulisan masih diupload. Tapi kini hasrat menulis yang dulu pernah menggelora seakan lenyap tidak berbekas.

Semangat memang sedang menurun, itu yang terjadi saat ini. Sebenarnya tidak ada yang salah. Dalam banyak hal kita juga biasa mengalami pasang dan surut semangat. Yang menjadi masalah bila semangat itu terus turun tak kunjung naik. Apakah sudah bosan menulis?. Bisa jadi. Menulis menjadi aktivitas yang membosankan, karena setiap hari dilakukan. Menulis tidak mendapat apa-apa, bahkan untuk sekadar apresiasi dari pembacanya pun tidak. Usaha yang dilakukan untuk menghasilkan sebuah tulisan tidaklah mudah.

Bagaimana ya, saya bisa menggambarkan grup menulis ini. Ibarat rumah, sebenarnya cukup besar dengan penghuni yang istimewa dengan berbagai karakter. Lebih dari lima puluh anggota grup keren ini. Tapi mungkin hanya sekitar separuh saja yang pernah menulis. Apakah yang belum menulis adalah mereka yang ikut membaca?. Sepertinya tidak juga, karena biasanya yang membaca tulisan di blog paling-paling sekitar 10-an orang saja. Kemudian peran anggota yang lain?. Mereka adalah simpatisan, para pecinta literasi meski belum memulai membuat karya.

Ketika semakin sedikit yang menulis, sepertinya harus dibangun lagi “konstruksi” belajar menulisnya dengan benar. Dan seandainya semua mau berkontribusi menulis meski tidak setiap hari, saya yakin grup ini akan semarak lagi. Akan terbangun lagi semangat yang kini memudar. Akan menjadi lucu bila grup menulis tetapi tidak ada lagi yang mau menulis. Mari sahabat-sahabat penaku, kita mulai kembali menulis. Ramaikan grup tercinta ini dengan ide-ide brilian, gagasan yang membangun, cerita-cerita inspiratif atau apapun yang ingin ditulis, tulis saja.

Yakinlah, tidak akan sia-sia semua buah pikiran kita. Jangan menjadi musuh diri sendiri. Menganggap apa yang kita tulis tidak berguna. Segera mulai, kapan lagi bila tidak sekarang. Tidak perlu menunggu memiliki waktu yang longgar, karena itu jarang terjadi. Tidak perlu menanti momen yang pas, karena hari ini adalah waktu yang tepat untuk memulai. Kita bisa saja terus menunda, namun percayalah waktu tidak pernah mau menunggu kita.

 

 

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...