Ingat nasihat para sesepuh dulu. Hati-hati kalau berkata, berpikir sebelum berucap karena kata adalah doa. Apabila berkata baik, maka yang terjadi adalah hal-hal yang baik pula. Sebaliknya, apabila berkata buruk maka yang terjadi sering hal buruk pula. Maka jangan berkata sembarangan, apa pun itu keadaannya. Sedang bercanda atau serius, Allah Maha Mendengar setiap ucapan.
Banyak peristiwa yang bisa kita ambil pelajaran dari nasihat bijak ini. Beberapa hari yang lalu saya silaturrahim ke rumah teman. Dalam perbincangan santai kami, dia bercerita. Salah satu kenalannya mencoba menanam melon kualitas ekspor. Katanya, hasil panennya biasanya tidak dijual di dalam negeri tapi di ekspor ke Korea Selatan. Dalam usahanya yang pertama, menjelang panen hasil tanaman melonnya sangat bagus. Buah yang dihasilkan sesuai dengan perawatan mahal yang dilakukan. Diperkirakan ketika panen nanti dia akan meraup untung ratusan juta.
Sekitar satu minggu menjelang panen. Pada waktu orang tadi melihat-lihat tanamannya datanglah sahabatnya. Begitu melihat tanaman melon yang bagus dan kualitas ekspor, kagumlah shabatnya ini dan berujar, “Wah kamu bakal jadi jutawan, dadi wong sugih”. Secara spontan ucapan temannya dijawab, “Ah, belum, masih petani kecil”. Mungkin tidak ada salah dalam dialog tadi. Yang satu mengatakan, calon orang kaya. Kemudian dijawab belum jadi orang kaya. Tapi sebenarnya ada jawaban yang tepat daripada mengatakan “belum”, yaitu... Amin, semoga Allah mengabulkan. Anggap saja ucapan teman yang baik tadi adalah doa, dan berharap Allah mengabulkan doanya.
Ketika panen hanya tinggal menghitung hari, terjadilah peristiwa yang membuyarkan semua harapan petani melon tadi. Hujan deras semalam suntuk. Tanaman melon yang siap dipanen terendam air seluruhnya. Hujan semalam yang menenggelamkan kerja keras dan harapan berbulan-bulan. Semua memang sudah menjadi kehendak Allah. Satu hal yang masih teringat jelas oleh petani tersebut. Dia mengatakan belum menjadi kaya, dan ternyata semua perkataannya benar terjadi.
Berkatalah yang baik, atau jika tidak mampu maka diamlah (Al-Hadis). Sama-sama menggerakkan lidah, tentu kita akan memilih membiasakan berkata-kata yang baik. Atau pilihan lain yaitu diam. Kebiasaan ini merupakan hasil proses pembinaan diri jangka panjang. Allah sangat menghargai perjuangan orang yang membiasakan berbicara baik yang tentunya diridhai-Nya dengan senantiasa meningkatkan derajatnya. Sementara orang yang memiliki kebiasaan berbicara buruk, misalnya suka mencaci, mencela, mengutuk, berghibah, membicarakan aib sahabatnya, dan berkata-kata kotor, kata-kata yang membuat murka Allah. Dan yang lebih berbahaya, kata-kata buruknya akan kembali ke dirinya sendiri.