Rabu, 26 Januari 2022

SUGIH TANPO BONDO…

 





Sugih tanpo bondo

Digdoyo tanpo aji

Nglurug tanpo bolo 

Menang tanpo ngasorake

Trimah mawi pasrah

………….

Lirik tembang di atas mungkin sudah sering kita dengarkan. Syair sederhana namun sarat dengan makna keluhuran budi. Sebuah karya Sosrokartono, pelajar pertama dari bangsa Hindia di Negeri Kompeni yang tinggal lama di eropa hingga pulang ke tanah air demi mengabdikan hidupnya untuk sesama anak negeri.

Namanya memang kalah populer dengan adiknya (RA. Kartini), tapi kiprah perjuangannya sebenarnya tidak jauh berbeda. Sama-sama memiliki peran besar bagi cikal-bakal lahirnya kemerdekaan bangsa kita. Sejak pulang ke tanah air dan menginjakkan kaki pertama di bumi pertiwi, tokoh-tokoh muda pergerakan dan anak-anak emas pada zamannya, menjadikannya guru politik dan spiritual, salah satunya Bung Karno.

Sugih tanpo bondo, artinya kaya tanpa harta. Harta yang berupa material yang dimiliki hakikatnya mudah rusak. Ada kekayaan yang lebih tinggi dari semua yang bersifat “bendawi”  yakni kekayaan yang bersifat ruhani. Ketinggian akhlaq, kasih sayang terhadap sesama dan ringan tangan dalam meringankan kesulitan orang lain akan lebih tinggi nilainya dari bermacam harta benda.

Digdoyo tanpo aji maknanya tak terkalahkan tanpa kesaktian. Kekuatan manusia bisa berupa memiki badan yang kuat. Atau sering juga orang disebut kuat karena dia memiliki kekuasaan. Dengan kekuasaannya dia bisa melakukan tindakan yang "memaksa" kepada orang lain. Tapi menundukkan secara fisik sebenarnya hal yang biasa. Ada yang lebih tinggi dari itu, yaitu kemampuan menundukkan hati orang lain. Tak perlu kekuatan fisik, karena bila hati orang sudah dikuasai ia akan menurut dengan segala apa yang kita katakan.

 

Bersambung…..

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...