Jumat, 01 September 2023

Memilih Pemimpin

 



Keberadaan seorang pemimpin mutlak diperlukan. Rasulullah SAW berpesan pada muslim untuk mengangkat seorang pemimpin sekalipun dalam suatu kelompok kecil perjalanan. Pentingnya seorang pemimpin dalam masyarakat membuat muslim perlu memahami sikap yang tepat ketika memilih pemimpin.

Ditambah lagi, seorang pemimpin di suatu wilayah/negeri tertentu nantinya akan menjadi seorang ulil amri sebagaimana disebutkan dalam surat An Nisa ayat 59. Dalam ayat tersebut dijelaskan, muslim berkewajiban untuk menaati aturan yang dibuat oleh ulil amri.

Dalam sejarah Islam, kita mengenal ada beberapa cara menentukan pemimpin. Dari empat Khalifah (Khulafaur Rasyidin) dipilih dengan cara yang berbeda-beda. Khalifah Pertama, Abu Bakar As-Sidiq dipilih secara mufakat. Setelah Umar membait Abu Bakar sebagai pemimpin, kaum muslim seluruhnya berbaiat tanpa ada satu golongan pun yang menolaknya.

Selanjutnya Umar menggantikan Abu Bakar atas wasiat Khalifah Abu Bakar. Khalifah ketiga Usman Bin Affan melalui musyawarah beberapa sahabat Nabi yang dibentuk oleh Umar. Ketika Umar Bin Khattab mengalami luka parah setelah ditusuk oleh Abu Lu’lu’ah seorang budak dari Persia, beliau membentuk tim yang memiliki anggota Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Abudrrahman bin Auf, dan Sa’ad bin Abi Waqqas.

Untuk selanjutnya tim tersebut menunjuk Usman Bin Affan sebagai pengganti Umar Bin Khatab. Sementara Khalifah ke-empat, Ali Bin Abi Thalib terpilih sebagai pemimpin umat Islam menggantikan Ustman setelah beliau mendapat dukungan kaum Muhajirin dan Ansor serta beberapa sahabat terkemuka Rasulullah.

Selain melalui proses pemilihan, dalam sejarah kita juga mengenal sistem dinasti. Yakni jabatan seorang pemimpin diturunkan atau diwariskan tanpa adanya proses pemilihan. Salah satu pemimpin dari sistem dinasti yang sangat masyhur adalah Umar bin 'Abdul 'Aziz. Beliau berasal dari Bani Umayyah cabang Marwani. Umar bin 'Abdul 'Aziz merupakan sepupu dari khalifah sebelumnya, Sulaiman.

Meski masa kekuasaannya yang terbilang singkat (hanya 2 tahun lebih), 'Umar bin 'Abdul Aziz merupakan salah satu khalifah yang paling dikenal dalam sejarah Islam. Dia dipandang sebagai sosok yang saleh dan kerap disebut sebagai khulafaur rasyidin kelima.

Saat ini, bangsa Indonesia sedang mengahadapi momen pemilu, memilih pemimpin. Tentu saja, kita harus berhati-hati dalam memilih calon pemimpin. Setidaknya ada beberapa kriteria utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Pemimpin harus memiliki cukup kemampuan dan berwibawa, amanah atau dapat dipercaya, memiliki sikap hidup yang baik, dan terakhir memiliki ilmu pengetahuan.

Yang tidak kalah penting, sebagai kaum Muslim kita harus senantiasa berdoa kepada Allah, agar proses Pemilihan pemimpin yang akan datang benar-benar mengahasilkan suksesi terbaik, terpilihnya pemimpin yang adil.

Pada akhirnya, setelah melalui ikhtiar yang benar. Sebagai muslim kita mesti menerima lapang dada siapapun yang ditakdirkan menjadi pemimpin. Dengan kata lain, menyerahkan segalanya kepada Allah SWT sebagaimana difirmankan dalam surat Ali Imran ayat 26,

Artinya: "Katakanlah (Nabi Muhammad), "Wahai Allah, Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tanganMulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu."

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...