Jumat, 03 Maret 2023

Sangu Urip

 



Sudah dua bulan lebih, saya tidak melihat tetangga kami yang biasanya rajin ke masjid. Biasanya sebelum waktu azan beliau sudah hadir dan iktikaf sendirian di dalam masjid, menunggu waktu salat tiba. Memang kami mengamati kesehatan beliau sudah jauh menurun. Untuk sampai ke masjid beliau harus berjalan pelan-pelan menggunakan tongkat.

Rabu sore kemarin, kami mendapat khabar bahwa kakek tetangga kami yang jarang bicara itu telah wafat. Rupanya beliau dalam dua hingga tiga bulan terakhir ini tidak tinggal sendirian di rumahnya, tapi dirawat dan tinggal bersama di rumah salah satu anaknya.

Baru setahun yang lalu beliau menjual sebagian tanahnya, kemudian uang hasil penjualan diserahkan ke masjid dan madrasah di dekat rumahnya. Seluruh uang yang nominalnya lebih dari empat ratus juta semua diinfakkan.

Sebuah persiapan menjemput ajal yang indah. Beliau sadar dengan sepenuhnya, bahwa kehidupan dunia ini tidak abadi. Kematian pasti akan datang kepada setiap orang tanpa menunggu persetujuan. Dan orang yang cerdas akan mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya.

Semoga semua amal kebaikan beliau diterima di sisi Allah. Yang saya tahu beliau orang yang baik, rajin berjamaah, dan ramah ketika bertemu orang. Semasa hidup, beliau sudah banyak menyiapkan "sangu urip" untuk kehidupan yang abadi. Ya, karena hidup yang sebenarnya adalah kehidupan setelah kematian.

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...