Kamis, 27 Agustus 2020

MENIKMATI MENULIS

 


Menulis adalah proses yang menyenangkan bagi sebagian orang. Meskipun juga banyak orang menganggap menulis adalah aktivitas yang sulit. Bagi yang berpendapat menulis itu menyenangkan karena mereka bisa menikmati proses menulis dan mencapai titik kepuasan ketika idenya selesai menjadi sebuah karya. Sama halnya dengan kegemaran yang lain. Bagi orang yang tidak punya hobi memancing sulit membayangkan bagaimana rasanya duduk diam dan menunggu joran berjam-jam. Tapi bagi para pemancing semua ada sensasinya. Pada saat umpannya disambar ikan (strike), dan ketika pelampung mulai bergoyang seperti mesin jahit, itu adalah momen membahagiakan yang tidak ternilai.

Dulu waktu kecil saya punya pengalaman diajak teman-teman mendaki gunung. Kenangan waktu itu begitu membekas sehingga beberapa kali saya mengulang mengunjungi tempat itu. Melewati jalan berbatu yang sekelingnya masih banyak pohon lebat. Jalan curam yang harus dilalui dengan penuh kehati-hatian dan kesabaran. Kami tidak perlu terburu-buru. Terkadang berhenti sejenak menikmati panorama yang terhampar permai. Rumpun perdu yang bunganya beraneka warna di kanan dan kiri jalan menambah indah pemandangan. Menghirup udara pegunungan yang segar bersih dari polusi. Pelan namun pasti kami sampai ke puncak dengan peluh membasahi baju. Melelahkan memang, namun begitu sampai dipuncak semua rasa letih terasa hilang. Di puncak terdapat danau kecil (Danau Ngambal) yang di sekelilingnya teduh dan nyaman digunakan istirahat. Keberanian kami mendaki gunung terganti dengan rasa “plong”, sangat puas.

Mungkin seperti itulah deskripsi proses menulis. Bagi kita yang masih dalam tahap belajar, menulis memang tidaklah mudah. Banyak hambatan, tapi harus tetap kita lalui. Sekata dua kata dirakit akan menjadi kalimat. Sekali-kali tidak masalah berhenti sejenak mencari kesesuaian kalimat dengan kalimat yang lain. Terus berusaha bagaimana proses menulis bisa mengalir tidak tersendat apalagi berhenti. Dan ketika kita berani menulis meskipun sulit pasti akan selesai tulisan kita. Di saat semua buah pikiran yang kita tuangkan dalam tulisan sudah selesai, terbentuklah kelegaan dalam hati.

Banyak para penulis ahli yang memberi saran pada kita penulis pemula. Menulis, ya menulis saja. Apa yang dalam ingatan tulis semua, tumpahkan semua dalam deretan kata. Tidak perlu banyak berpikir apakah sudah sesuai kaidah tulisan yang benar. Atau apakah kata-kata tersebut tumpang tindih dan mengulang kalimat sebelumnya. Yang harus kita lakukan hanya melahirkan gagasan yang terlintas. Bagaimana hasil dari menulis model seperti ini? Tentu belum menjadi sebuah tulisan yang jadi. Proses berikutnya adalah proses menyunting. Membaca kembali tulisan kita pelan-pelan. Membenahi ejaan yang keliru, memilih diksi yang tepat untuk menonjolkan kesan yang sesuai dengan keinginan penulis dan menyusun keteraturan isi paragraf.

Pada waktunya nanti, menulis menjadi aktivitas yang bisa kita nikmati. Ketika semua sudah terbiasa, proses menulis sama dengan kebiasaan lain yang mengasyikkan. Mungkin, sama dengan penghobi burung yang larut mendengarkan kicauan merdu piaraannya, atau penggemar tanaman hias yang hanyut dalam suka cita di tengah kebunnya yang penuh ragam warna bunga.

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...