Jumat, 03 Juni 2022

Jangan Banyak Mengeluh

 



Ketika kecil saya teringat pernah mendapat cerita tentang seorang penggali batu. Alkisah, seorang penggali batu setiap hari mencari batu di kaki gunung dengan peralatan yang sederhana. Pekerjaan menggali batu bukan pekerjaan yang mudah, tapi karena memang sudah tidak ada pilihan lain tetap saja ia kerjakan.

Suatu hari ketika cuaca panas terik penggali batu sedang menggali dan memacah batu-batu gunung yang keras. Karena panasnya matahari begitu menyengat, dalam hati dia mengeluh. Tidak enak rasanya jadi penggali batu, setiap hari kepanasan hingga kulit legam laksana terbakar. Andai saja aku bukan manusia, dulu Tuhan menciptakan aku sebagai matahari, alangkah senangnya. Matahari ciptaan yang hebat, besar, panas dan tidak akan terkalahkan oleh ciptaan yang lain.

Tak berselang lama, mendadak cuaca redup. Matahari tertutup oleh mendung tebal hingga sinarnya tak lagi sampai ke bumi. Si penggali batu menatap ke langit seraya bergumam. Tuhan, ternyata matahari bukan makhluk terkuat. Lebih kuat kumpulan mendung tebal yang berarak itu. Seandainya engkau menciptakan aku sebagai mendung Tuhan, tentu akau lebih suka.

Lagi-lagi cuaca berubah terang. Kumpulan mendung hitam tersapu angin yang bertiup kencang. Si penggali batu pun terkesima. Oh, rupanya angin lebih kuat dari mendung yang tebal. Sekali berhembus, lipatan mendung yang menutup matahari kini telah sirna. Tuhan… seandainya aku adalah angin, maka aku akan menjadi ciptaan-Mu yang terkuat.

Seakan Tuhan sedang menggiring rasio si Penggali batu. Tiupan angin yang kencang yang menerpa gunung berbalik. Sekuat apapun angin yang bertiup tentu tak akan mampu menggeser gunung walau sejengkal. Kini penggali batu berubah pikiran lagi. Ia membayangkan menjadi gunung. Alangkah kuatnya gunung, karena ia tidak akan goyah walaupun diterpa angin besar.

Nalarnya terus berputar. Kali ini dia sadar, bahwa gunung bukan ciptaan terkuat. Buktinya selama ini dia bekerja mencari batu gunung. Setiap hari gunung yang dianggap kokoh dikikis oleh gancu dan palu yang dia bawa. Digali dan diambil batunya tanpa sedikitpun bisa melawan. Oh Tuhan, rupanya makhluk terkuat yang telah Engkau ciptakan adalah manusia. Aku tak sepantasnya mengeluh, karena serendah-rendahnya aku tetaplah lebih tinggi dari ciptaan yang lain.

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...