Kamis, 22 Oktober 2020

BERBICARA DAN MENDENGAR



"Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya." (HR Bukhari Muslim)

Mendengar dan berbicara adalah aktivitas keseharian kita. Ada yang mengatakan kita diberi satu mulut dan dua telinga. Artinya sebaiknya sedikit bicara dan banyak mendengar. Orang yang berilmu punya kebiasaan banyak mendengar daripada berbicara. Mereka yang disebut sebagai orang besar ternyata punya kebiasaan mendengar yang baik dan pendengar yang antusias. Ketika berbicara dengan mereka, kita merasa menjadi orang penting karena apa yang kita bicarakan selalu didengar dengan penuh perhatian.

Ada profesi yang mengharuskan banyak berbicara, tentu harus berbicara. Sementara juga ada profesi yang menuntut banyak bekerja dan sedikit bicara. Ada anekdot yang menyatakan, sedikit bicara banyak bekerja itu maling. Banyak bicara sedikit kerja itu makelar. Yang baik tetap proporsional, harus seimbang, kapan waktu berbicara dan kapan harus mendengar (diam).

Diam sering dikatakan sikap yang obyektif. Namun, diam juga bisa menunjukkan keutamaan atau kebodohan seseorang. Diam bisa menjadi sesuatu yang utama tapi bisa juga menjadi tercela. Diamnya orang berilmu (saleh) dari perkataan yang sia-sia menjadi penuh kemuliaan. Diamnya orang yang memang pendiam itu biasa saja. Dan dan diamnya orang bodoh karena memang tidak mengerti apa-apa.

Berbicara itu lebih mencerminkan sikap personal yang dominan. Ketika mulut seseorang terlalu banyak bicara, ia tidak akan dapat mendengar suara hati nuraninya. Suara hatinya tertutup oleh gaduhnya suara-suara mulutnya sendiri. Sedangkan seorang pendengar lebih menunjukkan kepribadian yang terbuka dan kebesaran hati. Tipe orang yang mau menerima keluh kesah. Hati-hati banyak bicara, banyak bicara pasti banyak salahnya. Banyak salah bisa saja menjadi banyak dosa. Dengan diam, risiko tergelincir menjadi semakin kecil. Tapi harus selalu diingat, tidak berbicara di saat harus bicara juga bisa terjerumus dalam dosa.

 

 

 

 

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...