Selasa, 11 Januari 2022

MENDIDIK DIRI SENDIRI



Jangan salah, diri sendiri juga perlu dididik dan dilatih. Kebiasaan kita selama ini terlalu lunak dengan diri sendiri. Kita sering memberi maaf bila diri melakukan kesalahan, padahal bila orang lain yang bersalah terhadap diri kita terkadang sulit memaafkan.

Tidak salah memberi hukuman terhadap diri sendiri. Karena terlalu lunak dengan diri sendiri menjadikan kita terhanyut dalam kesalahan yang akan selalu berulang. Ambil saja contoh sederhana. Karena malas kita meninggalkan kebiasaan mengaji yang setiap hari dikerjakan. Andai saja sehari satu halaman, seharusnya sebanyak itu pula yang harus kita baca ketika lama tidak membaca al-Qur’an. Menutup kekosongan yang ditinggalkan pada kesempatan lain.

Diri yang dididik dengan “keras” akan menjadi disiplin. Sedangkan sikap lunak sering membuat kita menjadi pemalas dan menurutkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfa’at. Dan bila kita bisa keras terhadap orang lain, seharusnya kita juga bisa keras terhadap diri sendiri.

Keras bukan berarti tanpa mempertimbangkan aspek penyegaran dan istirahat. Yang tetap diperlukan adalah menjaga ritme kapan harus disiplin dan kapan harus mengistirahatkan tubuh. Semua memiliki porsi yang sesuai. Terlalu keras sehingga mengabaikan kebutuhan istirahat akan merusak. Sebaliknya istirahat yang terlalu panjang akan menjadikan tidak produktif.

Di saat usia semakin menua, di saat itu pula akan jarang kita menerima nasihat dan saran dari orang. Padahal selamanya manusia membutuhkan saran dan bimbingan. Maka dari itu sikap disiplin dan keras terhadap diri sendiri akan selalu menjadi kontrol. Setidaknya kita tidak terlalu menyimpang dalam bertindak.

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...