Rabu, 26 Juli 2023

Manusia Paling Bahagia

 



Menurut The World Happiness index 2022, negara yang penduduknya paling bahagia adalah Finladia. Sementara Indonesia berada di peringkat ke-80 sebagai negara paling bahagia di dunia.

Dalam survey tersebut, ada korelasi antara kemajuan di bidang ekonomi dengan tingkat kebahagiaan penduduk suatu negara. Sebut saja negara-negara yang ekonominya mapan di asia seperti: Jepang, Korea dan Singapura memiliki rangking yang bagus berdasarkan World Happiness Report 2022.

Tentu, Anda boleh percaya dan boleh tidak dengan rilis World Happiness Report 2022 tersebut. Karena ada banyak keraguan dengan hasil survey tersebut. Misalnya saja, negara-negara yang dikategorikan paling bahagia tersebut ternyata memiliki permasalahan tingkat bunuh diri yang tinggi.

Bila mengacu dari rilis World Happiness Report 2022, negeri kita penduduknya tergolong memiliki tingkat kebagaiaan yang relatif rendah. Tapi faktanya, semua masih baik-baik saja. Menurut WHO tingkat deperesi penduduk Indonesia rendah. Ini seharusnya bisa menjadi indikasi bahwa orang Indonesia itu hidupnya bahagia.

Kebahagiaan tentu tidak bisa dinilai dari indikator yang kasat oleh mata. Kebahagiaan adalah urusan batin seseorang yang sering tidak tampak dalam pandangan orang lain. Maka dari itu, rasanya amat sulit menyimpulkan tingkat kebahagiaan.

 

 

 

Jumat, 21 Juli 2023

Toleransi, Jangan Kebablasan

 



Moderasi beragama sebagai salah satu program pemerintah, masif terus digaungkan melalui Kementerian Agama. Suka atau tidak suka, paham radikal memang ada dan menyebar dalam  masyarakat. Kita tidak bisa menafikan fenomena radikalisme yang akan mengancam kerukunan bangsa.

Isu radikalisme tidak hanya tertuju pada ajaran Islam. Sangat tidak adil bila berbicara masalah radikalisme kemudian hanya mengaitkan dengan ajaran Islam. Karena faktanya, radikalisme bisa tumbuh dan muncul dari penganut agama apapun.

Salah satu bentuk moderasi beragama adalah toleransi beragama. Hidup tanpa menjunjung nilai toleransi mustahil akan tercipta perdamaian. Namun perlu kita pahami, bahwa toleransi juga memiliki batasan-batasan yang jelas. Toleransi tidak mengharuskan kita kehilangan identitas agama kita.

Dalam urusan sosial tidak masalah bila saling tolong menolong dan bekerjasama, namun dalam urusan ibadah sudah terang tidak bisa dicampur aduk. Bagimu agamamu, bagiku agamaku.

Toleransi harus, tapi jangan kebablasan. Rasanya berlebihan bila sekadar untuk menunjukkan toleransi umat Islam harus ikut merayakan hari raya agama lain. Sebagaimana kita juga tidak pernah berharap umat lain merayakan hari raya kita. Salam damai…#

 

Jumat, 14 Juli 2023

Hidup Sederhana

 



Sebagai Muslim, sudah selayaknya kita menjadikan Rasulullah sebagai teladan hidup kita. Suri teladan yang terbaik dari beliau itu menyangkut segala aspek kehidupan. Maka, tak ada sesuatu pun dari kehidupan beliau yang luput dari pantauan sahabat-sahabatnya. Mulai dari hal-hal kecil hingga hal-hal besar.

Dalam surat al-Ahzab 21 Allah berfirman; Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.

Kesederhanaan Rasulullah dapat ditinjau dari segi pakaian, makanan beliau, perabotan rumah tangga, dan lainnya lebih sederhana dari sahabat-sahabatnya. Bahkan diriwayatkan Umar RA pernah menangis karena melihat alas tidur yang biasa beliau gunakan sehari-hari.

Sahabat Umar bin Khattab RA pernah masuk ke kamar pribadi Rasulullah. Di sana, dia mendapati beliau (Nabi) tengah tidur di atas tikar terbuat dari pelepah kurma. Sehingga, terlihat meninggalkan bekas di lambungnya.

Bagi Rasulullah sebenarnya amat mudah bila ingin hidup serba mewah. Namun beliau lebih memilih hidup yang sederhana. Bahkan dalam riwayat yang lain disebutkan, beliau jarang makan sampai kenyang. Dari Malik bin Dinar ra. dia berkata:
"Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam tidak pernah merasakan kenyang karena makan roti atau kenyang karena makan daging, kecuali jika sedang menjamu tamu (maka beliau makan sampai kenyang)" (HR. Tirmidzi).

Hidup sederhana merupakan akhlak terpuji yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Hidup sederhana maknanya menerima apa adanya yang telah diberikan Allah Swt. dan menjauhkan diri dari sikap tidak puas serta menjauhkan sikap suka berlebihan.

Tidak berarti ajaran agama Islam menganjurkan umatnya untuk hidup miskin. Karena miskin dan sederhana itu berbeda. Kesederhanaan adalah cara atau pola hidup yang dipilih. Jadi bisa saja seseorang dikaruniai kekayaan namun tetap hidup sederhana.

Sederhana bukan berarti pula sifat kikir yang enggan mengeluarkan harta. Meski orang yang sederhana biasanya hemat, namun antara hemat dengan kikir juga berbeda. Ketika seseorang memilih hemat tentu tidak ada kaitannya dengan sikap kikir, pelit atau bakhil yang merupakan gabungan dari kerendahan, keserakahan, dan ketamakan.

Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar,(Q.S. al-Furqon 67)

Orang yang hidupnya sederhana adalah orang-orang yang bijak karena selalu memiliki prioritas dalam membelanjakan hartanya. Dia tidak boros namun tidak pula menahan hartanya untuk diinfaqkan untuk kepentingan yang maslahatat.

Mereka bisa membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Di saat orang selalu menurutkan keinginan-keinginan, di saat itulah dia jauh dari pola hidup sederhana. Karena keinginan hakikatnya tidak pernah bisa dipuaskan.

Marilah kita muhasabah, apakah kita selama ini sudah mencontoh hidup sederhana seperti yang dijalani Rasulullah dan diikuti oleh para sahabat beliau. Karena sebaik-baik teladan yang harus diikuti adalah tuntunan Nabi Muhammad Saw.

 

Jumat, 07 Juli 2023

Profesor Humoris

 



Orangnya humoris. Dan memang banyak yang menilai seperti itu, bukan hanya saya. Di saat rapat warga di lingkungan kami atau kegiatan-kegiatan di masjid beliau selalu mencairkan suasana dengan “guyonan” segar khasnya. Beliau adalah Prof.Dr.As’aril Muhajir, M.Ag.

Hari Rabu tanggal 5 Juli 2023 kemarin gelar profesor resmi dikukuhkan dalam rapat senat terbuka Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung (UIN SATU Tulungagung. Beliau menjadi guru besar UIN yang ke-22, dalam bidang Ilmu Pemikiran Pendidikan Islam.

Gaya Prof.As’aril yang humoris tetap tampak kental dalam pidato beliau yang berjudul; Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Unggul: Pemaknaan Filosofis Visioner. Pidato ilmiah yang biasanya terkesan kaku dan membosankan berubah menjadi penuh tawa layaknya stand up komedi. Namun demikian tetap saja tema ilmiah dari pidato beliau tersampaikan dengan baik.

Profesor itu tidak bisa salah. Kalau ada yang salah, sebenarnya itu bukan kesalahan tapi itu sebuah teori baru. Begitu salah satu “joke” yang disampaikan dalam pidato beliau. Ternyata “Gayung bersambut”, pidato ilmiah Profesor As’aril yang penuh guyonan dibalas habis oleh Rektor UIN SATU Prof.Maftukhin. Dalam sambutannya Prof.Maftukhin juga tampil dengan gaya humoris.

Sebatas yang yang saya ketahui, orang-orang pandai itu biasanya memang memiliki selera humor yang tinggi. Setiap berkumpul dan berinteraksi dengan mereka kita tak akan pernah bosan. Ada saja candaan yang menghibur, namun di sisi lain juga menambah wawasan. Selamat Prof.As’aril Muhajir, M.Ag. Semoga gelar guru besar yang disandang barokah.

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...