Senin, 04 Juli 2022

Anak Penjual Nanas

 



Usianya mungkin baru sekitar  sepuluh tahun, tapi tekad dan semangatnya layak diapresiasi. Anak sekecil itu harus berjuang untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri. Di saat teman seusianya asyik bermain dan jajan, dia harus keliling untuk jualan.

Hari ini saya mendapat pelajaran dari anak kecil penjual nanas di pinggir jalan. Dengan sepeda dan kotak kecil di belakangnya dia menyusur jalan kota. Dagangannya hanya beberapa bungkus nanas yang sudah dikupas. Tertegun dan trenyuh begitu saya berpapasan dengannya. Rasa penasaran membuat saya berbalik dan membeli barang dagangannya yang dijual sepuluh ribu per bungkus.

Iba dan sedih Ketika saya bercakap-cakap dengannya. Ternyata sejak kelas dua sekolah dasar dia sudah berdagang membantu ibunya. Seberat-beratnya beban ekonomi yang keluarga kami alami dulu, terasa masih ringan bila saya bandingkan dengan anak penjual nanas ini. Di saat saya seusia dengan dia saya belum mengenal bekerja. Yang saya tahu hanya bermain dan bersenang-senang.

Tempaan hidup yang keras ternyata tidak menjadikan karakternya keras pula. Saya terkesan dengan tutur katanya yang sopan dan lugu. Gesturnya juga sopan dan murah senyum. Tidak berlebihan bila saya harus belajar banyak dari anak kecil seperti dia.

Saya baru sadar lupa bertanya nama anak yang luar biasa yang baru saya temui. Dalam hati saya berharap akan bertemu lagi dengannya. Di tengah-tengah kehidupan anak muda yang semakin individualis dan acuh, ternyata masih ada segelintir anak yang memiliki adab dan semangat. Di saat banyak yang hidupnya hanya mengejar gengsi, masih ada yang percaya diri walaupun dalam pandangan orang lain direndahkan. Tetap semangat nak….

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...