Sabtu, 05 Juni 2021

BELAJAR DARI UJIAN HIDUP



Kesempatan bisa melaksanakan shalat Subuh berjamaah di masjid selalu saya syukuri. Ini bagian dari nikmat-Nya, dan nyatanya tidak semua orang bisa mendapat peluang istimewa itu. Karena kesempatan bisa sujud di awal hari dan iktikaf sebenarnya anugerah yang besar. Semua tentu sudah sangat hafal hadits Nabi yang menyatakan bila dua rakaat sebelum fajar itu lebih baik dari dunia dan seisinya. Sebesar itu shalat sunah sebelum shalat Subuh, bagaimana dengan balsan shalat Subuh? Tentu jauh lebih besar dari itu.

Hari ini seperti biasa setelah shalat Subuh ada kajian singkat hadits Nabi. Masjid kami memang memiliki program mengaji setelah shalat Subuh yang dikemas singkat mungkin tidak lebih dari sepuluh menit. Itupun hanya seminggu dua kali. Tapi meski hanya seminggu dua kali dan hanya dalam tempo sebentar, kegiatan mengaji mampu berjalan istiqomah dalam beberapa tahun.

Ustadz kami hari ini membahas tentang ujian Allah bagi orang yang dicintai-Nya. Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Allah akan meurunkan ujian (kesulitan dan kesempitan) kepadanya. Hal itu agar ia memohon kepada Allah (agar ujian dapat diangkat darinya melalui doa-doa yang dipanjatkan). Allah suka dengan keluh-kesah hamba-Nya yang selalu munajat dan memohon pertolangan. Ujian hidup bukan berati Allah membenci hamba-Nya, justru itu adalah jalan untuk mendapat cinta dan kedekatan dengan Allah.

Cobaan, tekanan dan penderitaan adalah proses menuju mental tangguh dan semakin dewasa, sebagai modal berjuang lagi, meraih hidup yang lebih berkualitas. Begitu saya mengutip perkataan seorang motivator. Memang kenyataannya demikian. Banyak orang memiliki kepribadian yang kuat karena sepanjang hidupnya penuh dengan liku kehidupan (cobaan hidup). Sementara orang yang hidupnya dalam kemudahan-kemudahan, maka cenderung menjadi cengeng dan rapuh. Jiwanya lemah karena terbiasa dengan menuruti kesenangan duniawi.

Seperti analogi dari cerita teman saya. Mengapa pohon Stigi begitu mahal harganya?. Ternyata karena sangat susah untuk mendapatkannya. Bisa dikatakan keberadaanya memang langka. Konon pohon Stigi yang bagus adalah yang tumbuh di karang. Pohonnya terbiasa dihantam kerasnya ombak laut, tapi tetap mampu bertahan hidup. Itu filosofi dari ujian hidup, seberat apapun ujian justru semakin menguatkan jiwa dan keyakinannya.

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...