Jumat, 09 September 2022

Tak Lebih Ringan, Tak Lebih Berat Pula

 



Tak lebih ringan dan tidak pula lebih berat. Semua orang akan pasti akan merasakan beban dalam hidupnya. Sudah menjadi kodrat kehidupan, bahagia dan kesedihan akan silih-berganti menghampiri kita. Kesedihan biasanya muncul akibat dari menerima keadaan seperti kegagalan, kecewa, kehilangan, maupun harapan yang belum tergapai.

Tidak ada yang melarang untuk bersedih. Bersedih boleh saja, bahkan kata pakar kejiwaan itu akan memiliki dampak baik bagi tubuh karena dengan meluapkan emosi yang terpendam akan dapat membersihkan toksin. Akan tetapi, kesedihan juga bisa berdampak buruk jika dirasakan terlalu berlarut-larut.

Yang menjadikan lebih berat sebenarnya bukan karena bentuk musibahnya, namun sikap seseorang dalam menghadapi musibah. Terkadang kita salah menilai, bukan kuat atau kurang kuat, melainkan cara pandang seseorang menyikapi setiap musibah yang dia terima.

Seperti air bening dalam gelas. Setiap orang pasti mampu mengangkat atau memindahkannya. Tapi bagaimana bila seseorang tetap memegang gelas tersebut hingga berjam-jam lamanya. Pasti tangannya akan pegal, gemetar dan merasakan beban yang berat. Dia akan mengerahkan seluruh tenaganya hanya untuk menahan gelas di  tangannya tidak terjatuh.

Begitu perumpamaan orang yang berlarut-larut dalam kesedihannya. Pikirannya selalu tertuju pada masalah yang sedang dihadapi. Sehingga urusannya serasa menjadi berlipat-lipat akutnya.

Sementara ada orang yang tidak mau terhanyut dalam kesedihan. Ia hanya sepintas saja memikirkan permasalahan dan keruwetan hidupnya. Ia akan meletakkan beban yang dibawanya, karena dia sadar betul beratnya hidup membawa masalah. Jadi, sekadarnya saja ia memikirkan hal yang sulit. Karena dia akan melihat sisi-sisi baiknya saja.

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...