Selasa, 10 November 2020

THE LEGEND OF BLENDRANG



Bangga rasanya, bertambah satu lagi karya antologi, The Legend of Blendrang. Meskipun karya rame-rame setidaknya lahirnya buku ini telah menambah jam terbang atau pengalaman menulis saya. Sebuah antologi yang memilih tema amat sederhana, dan mungkin satu-satunya yang pernah terbit. Sebagai salah satu kontributor (penulis) nama saya terselip di antara penulis-penulis mapan di sana. Bisa dikatakan demikian, karena beberapa yang saya baca biodatanya merupakan penulis yang bukan katagori penulis pemula lagi, karena sudah sering menerbitkan karyanya.

Terbitnya buku ini juga sebagai sarana belajar. Memahami bagaimana cara seorang penulis memabahas sebuah tema dari sudut pandang yang berbeda-beda. Meskipun akan tetap ada yang menjadi pembeda antara penulis pemula dan penulis berpengalaman. Perbedaannya, penulis berpengalaman akan menguraikan dengan lugas dan dan bernas karena telah menjadikan kegiatan menulis sebagai kegiatan sehari-hari. Sebaliknya penulis pemula, akan terlihat banyak kurangnya, dan itu wajar karena baru saja belajar menulis.

Belajar itu banyak cara dan medianya. Mengingat sebuah nasihat orang-orang tua dulu. Kemampuan seseorang tidak selamanya diperoleh dari proses belajar pada guru. Ada kalanya seorang murid mencapai pemahaman tertentu karena interaksi dan relasi dia dengan sesama murid. Perumpamaannya adalah proses “Nutu Gabah”. Orang zaman dulu ketika belum mengenal mesin penggiling gabah biasa menggunakan “Lesung” untuk menumbuk gabah menjadi beras. Bisa pula untuk memroses beras menjadi tepung. Biji Kopi menjadi serbuk kopi. Pokoknya memproses penghalusan umumnya biji-bijaan sehingga layak diproses kosumsi lebih lanjut.

Lesung biasanya terbuat dari bahan kayu yang keras, berupa balog kayu persegi empat panjang dibuat sedemikian rupa ditengahnya dibuat lobang/palung tempat memasukkan susuatu yang akan diproses menjadi siap untuk diproses guna dikonsumsi atau diproses lanjut. Bila hanya ada satu lubang (bentuknya tidak memanjang) biasa disebut Lumpang.

Ketika gabah dimasukkan dalam Lesung/Lumpang kemudian dipukul berulang-ulang denga kayu pemukul atau Alu, maka akan terjadi proses pengelupasan kulit gabah. Dan proses pengelupasan tidak pasti terjadi karena terkena pukulan Alu, namun banyak pengelupasan kulit gabah karena bergesekan dengan sesama gabah. Falsafahya, belajar itu membutuhkan mitra, membutuhkan teman yang mau berbagi pengalaman. Dalam dalam buku “Blendrang” kita bisa banyak belajar bagaimana teknik menulis. Satu buku yang isinya puluhan gagasan hebat, hal yang pasti semakin menambah wawasan dan kepercayaan diri kita untuk terus berkarya. Semoga…

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...