Minggu, 10 Juli 2022

Ibadah Haji dan Keseteraan Derajat

 



Kita bersyukur, ibadah haji tahun (1443 Hijriyah) ini bisa terselenggara lagi. Tentunya semua berharap, situasi benar-benar semakin membaik dan ibadah haji di tahun mendatang dapat dilaksanakan secara normal kembali.

Ibadah haji menjadi model yang sangat jelas bagi kesetaraan hamba dalam pandangan Allah. Seperti dalam Surat Al-Hujurot ayat 13 Allah berfirman; Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.

Kapan manusia bisa berkumpul dengan saudaranya dari berbagai penjuru dunia. Tentunya saat mereka melaksanakan ibadah haji. Ketika melaksanakan ibadah haji serasa tidak ada yang berbeda. Status sosial, pangkat dan jabatan serta atribut yang dimiliki semua ditanggalkan, berbalut kain yang sama yakni pakaian ihram. Dan tak ada yang bisa menyombongkan kelebihan yang dimilikinya.

Dalam ibadah haji kita bisa memahami bahwa Islam menolak paham rasisme. Tidak ada bangsa yang melebihi kemuliannya dari bangsa yang lain. Tidak pula warna kulit tertentu lebih mulia dari warna kulit yang lain. Perbedaan yang ada justru akan semakin menguatkan tali persaudaraan dalam keimanan.

Hakikat kemuliaan seorang hamba memang tidak terletak pada apa yang menempel di badannya. Bukan pula kedudukannya yang tinggi dalam masyarakat. Tetapi kemulian sejati diukur dari seberapa besar ketaqwaan hamba kepada Allah. Bisa saja rendah dalam pandangan manusia, tetapi mulia di sisi Allah. Allah tidak pernah memandang apa yang nampak pada lahirnya, tapi pada hati dan amal seorang hamba.

 

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...