Jumat, 15 Oktober 2021

HIDUP ITU SEDERHANA



Kata Confucius, “Hidup itu sederhana, kita yang membuatnya sulit”. Segala sesuatu yang sebenarnya mudah menjadi rumit karena harus menuruti keinginan-keinginan kita. Pada dasarnya kebutuhan pokok manusia hanya seputar sandang, pangan dan papan. Namun karena kita makhluk yang memiliki selera, maka muncul begitu banyak kebutuhan yang sebenarnya hanya pelengkap.

Makan itu seharusnya bisa dengan cara yang sederhana. Tapi demi sebuah keinginan, makan itu enaknya di tempat yang bagus, menu yang mahal dan citra yang menunjukkan dia sebagai orang berada. Akhirnya sesuatu yang sederhana menjadi merepotkan.

Cara berpakaian pun dapat dilakukan dengan sederhana. Yang penting menutup aurat dan pantas dalam pandangan orang, sewajarnya tidak berlebihn. Sebenarnya kita tidak memerlukan pakaian yang bahannya serba mahal. Tapi lagi-lagi karena mengikuti keinginan, tidak sedikit orang yang selalu memburu pakaian bermerek yang harganya di luar nalar kita.

Rumah yang dibutuhkan sebagai tempat tinggal sebenarnya juga sederhana syaratnya. Aman dan nyaman sebagai tempat berlindung dan istirahat. Tapi kenyataannya saat ini kebanyakan orang berlomba membangun rumahnya laksana istana.

Entah siapa yang kita tiru selama ini. Bukankah teladan hidup kita, Rasulullah sebenarnya mengajarkan cara hidup sederhana. Baju yang dikenakan, makanan sehari-hari beliau, hingga alas tidur beliau begitu sederhana. Sebenarnya beliau tidak melarang orang memiliki harta berlimpah. Sahabat Nabi pun banyak yang memiliki kekayaan berjibun. Tapi semua tetap hidup dalam kesederhanaan.

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...