Rabu, 07 April 2021

“UDAN BERKAT”



Dua malam berturut-turut, saya harus "melayani" undangan kenduri tetangga.  Sudah menjadi kelaziman menjelang masuk Ramadhan banyak yang memiliki hajat kirim doa kepada para leluhur. Masyarakat biasa menyebut tradisi menyambut Ramadhan dengan istilah "megengan". Budaya megengan sudah biasa dilakukan di lingkungan warga Nahdliyin. Yang kita ketahui, tradisi ini sudah lama dijalankan secara turun-temurun.

Selain berturut-turut dua malam, sejak kemarin harus direpotkan dengan undangan yang bersamaan waktunya. Tentu tetangga yang mengundang berharap banyak yang bisa datang menghadiri acaranya, namun tidak mungkin juga bisa hadir karena waktu acara yang bersamaan. Meski ewuh pakewuh, apa boleh buat, terpaksa harus ada undangan yang tidak dihadiri. Sambil berharap tetangga yang mengundang bisa memaklumi.

Begitulah budaya masyarakat kita, setiap menghadirkan orang, kumpul-kumpul pasti ada jamuan makannya. Tidak sampai di situ saja, pulang pun masih dapat bingkisan paket makan lengkap plus makanan ringan yang sering kita sebut "berkat". Dalam budaya kenduri atau kirim doa, kita bisa melihat bahwa masyarakat kita memiliki semangat memberi, jiwa dermawan. Buktinya sedekah sudah menjadi hal biasa. Tentu ini sangat positif meski masih saja ada kelompok dalam masyarakat yang menganggap budaya ini bid’ah.

Momen menjelang Ramadhan menjadi masa “panen” berkat. Bagaimana tidak dalam sehari bisa mendapat tiga sampai empat bungkus. Kalaupun tidak bisa menghadiri setiap undangan, tapi berkatnya sampai di rumah juga. Lazim dalam masyarakat kita, bila tidak bisa menghadiri undangan, maka sohibul hajat akan menitipkan (mengirim) berkatnya ke kita, bandulan namanya.

Berkat bisa menjadi jembatan penyambung hubungan erat antar tetangga. Berkat adalah budaya warisan para sesepuh kita yang intinya adalah ajaran bersedekah. Jadi jangan sia-siakan berkat yang diterima, karena ada niat luhur dari pemberinya. Kita harus mensyukuri rizqi Allah berupa makanan yang berlimpah. Karena di belahan bumi yang jauh di sana, ada orang-orang yang berjuang demi sesuap makan.

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...