Doa merupakan amalan yang selalu menyertai
aktivitas kita dalam setiap waktu. Diawali dari kita bangun dari tidur hingga
kita berangkat tidur kembali. Apapun yang kita lakukan, seperti makan, hendak
melakukan perjalanan, dan bahkan dalam salat pun kita melafazkan doa-doa. Doa adalah penyerahan diri kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dalam
memohon keinginan dan meminta dihindarkan dari hal yang dibenci.
Doa adalah salah
satu ibadah termulia dan paling tinggi kedudukannya dalam Islam. Doa juga
berarti ibadah yang utama, sebab doa adalah inti dan ruhnya ibadah. Di dalam
doa, seorang hamba menunjukkan kerendahan, kelemahan dan kebutuhannya terhadap
Allah Subhanahu wa ta’ala. Doa menunjukan akan ketergantungan (tawakkal) yang
mendalam dari hamba kepada Allah, juga permintaan tolong kepada-Nya.
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bersabda; “Doa adalah
murninya (otak atau pangkalnya) ibadah.” Setiap
doa yang kita panjatkan akan dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala, entah
itu segera ataupun ditangguhkan. Karena mengenai kapan dikabulkannya doa yang
kita panjatkan adalah hak Allah Subhanahu wa ta’ala selaku pemilik kehidupan.
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu
tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya AKU dekat. AKU mengabulkan permohonan
orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu
memenuhi (segala perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka
selalu berada dalam kebenaran.” (QS Al-Baqarah 186).
Doa adalah bukti kita sangat membutuhkan rahmat-Nya.
Dalam doa ada jaminan dari Allah untuk dikabulkan. Doa bukanlah bahasa
permintaan hamba semata. Doa merupakan ungkapan kerinduan jiwa hamba pada
Rabbnya. Bentuk pengakuan atas kelemahan seseorang, munajat dan keluh kesah
dalam rasa penuh kedekatan.
Doa pasti akan mendekatkan hamba dengan Tuhannya. Di dalam doa seorang hamba merasa tidak memiliki apa-apa, tidak mampu
melakukan apa-apa selain apa yang Allah kehendaki. Di saat seperti itulah
runtuh semua sifat takabur yang bercokol dalam kalbunya. Berganti menjadi takut
dan penuh pengharapan. Takut dengan kemurkaan Allah dan selalu berharap agar
doa-doanya dikabulkan.
Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; “Doa salah seorang dari kalian akan dikabulkan selama ia tidak tergesa-gesa,
dengan mengatakan, “Aku berdoa, tetapi belum dikabulkan juga”. (HR. Al-Bukhori).
Mengutip perkataan (mutiara penuh hikmah)
dari Khalifah Ali bin Abi Thalib tentang doa, “Saya meminta sesuatu kepada
Allah. Jika Allah mengabulkannya untuk saya maka saya gembira sekali saja.
Namun, jika Allah tidak memberikannya kepada saya maka saya gembira sepuluh
kali lipat. Sebab, yang pertama itu pilihan saya. Sedangkan yang kedua itu
pilihan Allah Subhanahu wa ta’ala.”
Ada kalanya doa seorang hamba itu dikabulkan oleh
Allah seketika ataupun ditunda dalam jangka tertentu. Atau doanya menghilangkan
daripadanya keburukan yang semisalnya. Bisa jadi doanya masih ditangguhkan
untuk disimpan sebagai pahala di akhirat kelak. Dan ada pula yang
doanya sebenarnya dikabulkan namun diganti dalam bentuk karunia yang berbeda
demi kemaslahatan hamba tadi.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal
(sebenarnya) ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyenangi
sesuatu, padahal sebenaranya ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu
tiada mengetahui” (QS. Al Baqarah: 216)
Allah Mahatahu apa yang terlintas dalam kalbu
kita. Sebenarnya tanpa kita ucapkan pun Allah Mahatahu. Makanya lebih baik jika
dalam doa kita memiliki hati tanpa kata-kata daripada kata-kata tanpa hati. Maknanya
doa yang mengalir dari lisan saja sementara hatinya lalai bukan doa yang
tergolong baik.
Doa merupakan perintah Allah, dan ada
tata cara atau adab berdoa yang mesti kita penuhi. Doa harus dilakukan dengan
sungguh-sungguh dan diawali dengan membersihkan hati. Apabila seseorang telah
melakukan perbuatan keji, maka diwajibkan untuk bertaubat dan menyesali segala
perbuatannya agar doa-doa yang ia panjatkan dapat lebih mudah dikabulkan oleh
Allah.
Tak perlu kita banyak mengeluh kepada manusia.
Karena mereka juga sama seperti kita. Punya masalah hidup, keterbatasan ilmu,
dan kelemahan sebagai hamba biasa. Selain itu, menunjukkan kekurangan di
hadapan orang justru akan merendahkan derajat dirinya sendiri. Cukup kita
curahkan segala harapan dan permohonan kepada Dzat yang maha mencukupi segala
hajat hamba-Nya.
Semoga kita tergolong hamba-hamba yang
senatiasa menggantungkan diri pada Allah dengan doa. Dijauhkan dari sifat tercela,
yakni orang-orang yang meninggalkan doa atau enggan berdoa karena merasa
hidupnya sudah tidak ada kurangnya. Mereka tidak membutuhkan pertolongan karena
hatinya telah tertutup kesombongan.