Sabtu, 25 Februari 2023

Menulis, Merekam Peristiwa

 


Menulis merupakan aktivitas yang membutuhkan kesabaran. Seorang penulis harus rela meluangkan banyak waktunya untuk berpikir serta menemukan diksi yang tepat untuk membentuk rangkaian kata hingga menjadi sebuah gugus kalimat yang mudah dipahami.

Menulis itu (pasti) mengungkap sisi-sisi pribadi penulisnya. Dari situ, kita seolah bisa berinteraksi dan memahami apa yang menjadi gagasan seseorang dengan membaca karya tulisnya. Dan dengan menulis, semua kisah dan aktivitas kita akan terekam dengan indah.

Bulan ini buku keenam kami telah selesai dan masuk ke penerbit. Buku dengan label “Dari Mihrab ke Mihrab”  adalah transformasi dari kegemaran saya dengan dunia menulis. Naskah-naskah yang terserak kami himpun dengan saksama hingga menjadi sebuah buku sederhana. Karena saya meyakini, karya tulis yang dibukukan pasti lebih bermanfaat.

Ada tiga puluh empat teks khotbah Jumat yang telah kami sunting menjadi satu simpul (buku). Dan esensinya buku ini bukan karya penting bagi perkembangan literasi. Tidak lebih hanya bagian dari usaha untuk selalu menambah wawasan penulis pribadi dalam aspek ilmu dan pengetahuan sehingga akan memperkaya sudut pandang terhadap karya yang saya tulis di waktu yang akan datang.

 

 

Kamis, 23 Februari 2023

Merawat Gagasan

 


Gagasan atau ide akan selalu ada dan muncul dalam pikiran kita. Seperti mata air yang selalu mengalir dan tidak akan habis. Bagi penulis, gagasan adalah modal penting untuk selalu eksis melahirkan karya tulisnya.

Ketika seorang penulis mengalami kebuntuan ide (gagasan), dia memiliki banyak cara agar ide dapat muncul kembali. Membaca, berdiskusi, hingga "travelling" bisa menumbuhkan kembali gagasan yang tadinya seperti menghilang.

Sangat disayangkan apabila kita memiliki ide namun tidak dituangkan dalam sebuah tulisan. Semua akan berlalu dan hilang dengan sia-sia. Merawat gagasan adalah dengan cara terus menulisnya. Dan kebiasaan seseorang menulis termasuk bagian dari menjaga kesehatan mental.

Mental berhubungan erat dengan fisik kita. Mental yang sehat bisa dijadikan cikal bakal untuk membentuk tubuh yang sehat pula. Karena semua sistem kerja tubuh berada di bawah pengaruh otak atau pikiran.

Orang dengan mental yang sehat tentunya memiliki pikiran yang sehat. Dengan pikiran kita yang terbiasa melakukan hal positif, maka akan menimbulkan energi yang baik untuk tubuh. Kekuatan pikiran diyakini sangat efektif menangkal energi negatif yang bisa merusak tubuh atau fisik seseorang.

Selasa, 14 Februari 2023

Bersyukur, dan Temukan Keindahannya

 


Jika manusia hendak menghitung nikmat yang telah Allah berikan, niscaya dia tidak akan mampu. Bagaimana mungkin manusia menghitung banyaknya nikmat Allah bila setiap sel di tubuh kita adalah nikmat, setiap helai rambut juga nikmat dan setiap tarikan nafas kita merupakan nikmat yang tidak ternilai.

Allah hanya memerintahkan manusia bisa bersyukur, dan tidak pernah minta mengganti nikmat yang telah dilimpahkan. Memiliki kesadaran hati selalu bersyukur adalah nikmat yang mesti disyukuri. Sehingga syukur kita tidak akan pernah ada habis-habisnya, bersyukur dan terus bersyukur.

Bersyukur artinya menyadari kebesaran Allah dan mengakui kemurahan-Nya. Syukur itu bukan hanya sebuah ungkapan terima kasih semata. Sudah menjadi sifat dasar manusia mudah mengeluh dan bersedih hati, dan lama-kelamaan itu akan menjadi umpatan atau bahkan menyalahkan takdir Allah. Namun bila kita pandai bersyukur, nikmat Allah akan selalu bertambah.

Syukur itu hakikatnya tanpa syarat. Syukur tidak bisa dimaknai sebagai balasan kebaikan hamba kepada Penciptanya. Karena sepenuhnya hidup ini adalah anugerah, dan tidak sedikit pun kita memiliki andil dalam tatanan kehidupan dunia ini yang telah ditentukan sejak zaman azali.

Syukur tidak sebatas hanya ungkapan kata-kata. Buah syukur adalah keluasan dan kedamaian hati. Yang pandai bersyukur akan menemukan kesejatian hidup. Karena syukur hidup menjadi indah, dan dengan syukur hidup penuh berkah.

 

 

Jumat, 10 Februari 2023

Melintas Batas



Dialah Irfan Hafiz penulis dari Sri Lanka yang kini sudah pergi untuk selamanya. Anak yang semula riang itu diperkirakan dokter tidak akan melampaui usia 13 tahun. Ia mengidap Distrofi Otot Duchenne (DMD), ganggguan bawaan kelemahan otot. Tapi karena tekadnya ia mampu menulis meski hanya dengan satu jarinya. Ya, perlahan seluruh tubuhnya tidak bisa digerakkan lagi hingga tinggal sati jari yang masih berfungsi.

Sebelum wafat di usia 37 tahun Irfan sempat menulis tiga buah buku, "Silent Strugle", "Moments of Merriment" dan "Strugle of Though" yang luar biasa isinya dan karena caranya ia menulis. Kisahnya menginspirasi jutaan orang di dunia. Kegigihannya dalam menulis menjadi pemantik semangat berkarya bagi para penulis.

Penulis akan datang dan pergi. Namun apa yang ditulis akan menjadi kekayaan ilmu, sastra dan budaya. Mari terus menulis sebagai bentuk syukur kita. Siapa bilang menulis itu sulit. Bukankah menulis adalah pelajaran dasar kita semua. Yang benar, menulis itu mudah tapi membiasakan menulis itu sulit. Dan, yang sulit adalah menumbuhkan kemauan dan memulainya. Pengalamanmu, kisahmu dan khazanah pengetahuanmu memiliki hak untuk kau sampaikan.

Sembilan tahun terakhir menderita cerebral palsy (gangguan fungsi otak dan jaringan saraf) tidak menghalangi Josh Barry menulis dengan hidungnya. Putu Agus Setiawan, ia tetap berkarya meski lahir dengan kondisi yang tidak sama dengan orang normal lainnya. Agus menderita muscular dystrophy. Sakit yang membuat beberapa bagian tubuh Agus susah digerakkan. Namun demikian, penyandang disabilitas asal Bali ini telah menerbitkan lima judul buku. Agus mengetik naskah buku-bukunya hanya menggunakan satu jari.

Lalu apa kekurangan kita?. Tubuh kita lengkap dan sehat, pikiran kita juga jernih tapi kita kalah produktif dengan orang-orang yang dianggap “lemah” tadi. Di saat tubuh dalam kondisi rapuh mereka masih mampu memberi sinar semangat bagi orang lain. Di saat tubuhnya tanpa daya, mereka tetap membawa kecerahan bagi sesama. Di kala fisik memiliki keterbatasan mereka masih mampu menebar kebaikan dan pesan indah kedamaian.

Banyak yang merasa tidak bisa menulis, padahal sebenarnya mereka mampu menulis. Yang terjadi sebenarnya adalah belum memulai menulis. Ada saja belasan alasan yang membuat enggan menulis, padahal menulis hanya membutuhkan alat tulis dan memulai dengan satu kata saja. Banyak yang memiliki kekurangan tetapi mereka bisa menulis. Untuk bisa menulis mereka harus berjuang karena semua tidak pernah mudah dilakukan.

Mereka yang hidup dalam keterbatasan ternyata mampu memberikan terang bagi orang lain. Mereka melintas batas jauh melampaui kemampuan diri sendiri. Lalu mengapa kita yang diberikan kesempurnaan belum bisa meniru jejak langkahnya. Kita mesti merenung dengan kejernihan hati. Apa kontribusi kita dalam kehidupan ini. Benarkah kita sudah banyak memberi kemanfaatan bagi orang lain. Atau seluruh hidup kita hanya urusan kesenangan dan menurutkan keinginan pribadi.

 

Minggu, 05 Februari 2023

Doa Sebagai Pangkal Ibadah



Doa merupakan amalan yang selalu menyertai aktivitas kita dalam setiap waktu. Diawali dari kita bangun dari tidur hingga kita berangkat tidur kembali. Apapun yang kita lakukan, seperti makan, hendak melakukan perjalanan, dan bahkan dalam salat pun kita melafazkan doa-doa. Doa adalah penyerahan diri kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dalam memohon keinginan dan meminta dihindarkan dari hal yang dibenci.

Doa adalah salah satu ibadah termulia dan paling tinggi kedudukannya dalam Islam. Doa juga berarti ibadah yang utama, sebab doa adalah inti dan ruhnya ibadah. Di dalam doa, seorang hamba menunjukkan kerendahan, kelemahan dan kebutuhannya terhadap Allah Subhanahu wa ta’ala. Doa menunjukan akan ketergantungan (tawakkal) yang mendalam dari hamba kepada Allah, juga permintaan tolong kepada-Nya.

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bersabda; “Doa adalah murninya (otak atau pangkalnya) ibadah.” Setiap doa yang kita panjatkan akan dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala, entah itu segera ataupun ditangguhkan. Karena mengenai kapan dikabulkannya doa yang kita panjatkan adalah hak Allah Subhanahu wa ta’ala selaku pemilik kehidupan.

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya AKU dekat. AKU mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS Al-Baqarah 186).

Doa adalah bukti kita sangat membutuhkan rahmat-Nya. Dalam doa ada jaminan dari Allah untuk dikabulkan. Doa bukanlah bahasa permintaan hamba semata. Doa merupakan ungkapan kerinduan jiwa hamba pada Rabbnya. Bentuk pengakuan atas kelemahan seseorang, munajat dan keluh kesah dalam rasa penuh kedekatan.

Doa pasti akan mendekatkan hamba dengan Tuhannya. Di dalam doa seorang hamba merasa tidak memiliki apa-apa, tidak mampu melakukan apa-apa selain apa yang Allah kehendaki. Di saat seperti itulah runtuh semua sifat takabur yang bercokol dalam kalbunya. Berganti menjadi takut dan penuh pengharapan. Takut dengan kemurkaan Allah dan selalu berharap agar doa-doanya dikabulkan.

Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; “Doa salah seorang dari kalian  akan dikabulkan selama ia tidak tergesa-gesa, dengan mengatakan, “Aku berdoa, tetapi belum dikabulkan juga”. (HR. Al-Bukhori).

Mengutip perkataan (mutiara penuh hikmah) dari Khalifah Ali bin Abi Thalib tentang doa, “Saya meminta sesuatu kepada Allah. Jika Allah mengabulkannya untuk saya maka saya gembira sekali saja. Namun, jika Allah tidak memberikannya kepada saya maka saya gembira sepuluh kali lipat. Sebab, yang pertama itu pilihan saya. Sedangkan yang kedua itu pilihan Allah Subhanahu wa ta’ala.”

Ada kalanya doa seorang hamba itu dikabulkan oleh Allah seketika ataupun ditunda dalam jangka tertentu. Atau doanya menghilangkan daripadanya keburukan yang semisalnya. Bisa jadi doanya masih ditangguhkan untuk disimpan sebagai pahala di akhirat kelak. Dan ada pula yang doanya sebenarnya dikabulkan namun diganti dalam bentuk karunia yang berbeda demi kemaslahatan hamba tadi.

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal (sebenarnya) ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyenangi sesuatu, padahal sebenaranya ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tiada mengetahui” (QS. Al Baqarah: 216)

Allah Mahatahu apa yang terlintas dalam kalbu kita. Sebenarnya tanpa kita ucapkan pun Allah Mahatahu. Makanya lebih baik jika dalam doa kita memiliki hati tanpa kata-kata daripada kata-kata tanpa hati. Maknanya doa yang mengalir dari lisan saja sementara hatinya lalai bukan doa yang tergolong baik.

Doa merupakan perintah Allah, dan ada tata cara atau adab berdoa yang mesti kita penuhi. Doa harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan diawali dengan membersihkan hati. Apabila seseorang telah melakukan perbuatan keji, maka diwajibkan untuk bertaubat dan menyesali segala perbuatannya agar doa-doa yang ia panjatkan dapat lebih mudah dikabulkan oleh Allah.

Tak perlu kita banyak mengeluh kepada manusia. Karena mereka juga sama seperti kita. Punya masalah hidup, keterbatasan ilmu, dan kelemahan sebagai hamba biasa. Selain itu, menunjukkan kekurangan di hadapan orang justru akan merendahkan derajat dirinya sendiri. Cukup kita curahkan segala harapan dan permohonan kepada Dzat yang maha mencukupi segala hajat hamba-Nya.

Semoga kita tergolong hamba-hamba yang senatiasa menggantungkan diri pada Allah dengan doa. Dijauhkan dari sifat tercela, yakni orang-orang yang meninggalkan doa atau enggan berdoa karena merasa hidupnya sudah tidak ada kurangnya. Mereka tidak membutuhkan pertolongan karena hatinya telah tertutup kesombongan.

 


 

 

 

Jumat, 03 Februari 2023

Menulis dan Membaca Sendiri

 



Aktivitas menulis di grup atau komunitas menulis semakin hari kian menurun intensitasnya. Ini sebenarnya wajar terjadi dan sudah bisa diprediksi sebelumnya. Dalam sebuah grup menulis, kini hanya tinggal beberapa penulis yang masih aktif dan setia membuat karya meski semakin sepi juga yang membaca.

Tidak aneh bila aktivitas menulis sedikit penggemarnya. Tidak banyak orang yang menjadikan menulis sebagai minat yang menyenangkan. Umumnya orang akan menganggap menulis itu pekerjaan sulit dan sedikit membosankan.

Grup menulis yang dibentuk karena dilandasi niat ingin mengembangkan literasi kini seperti telah kehilangan gairahnya. Tinggal hitungan jari anggota yang masih memiliki sisa semangat untuk terus menulis. Ya, seharusnya tetap menulis meski apa yang ditulis tidak lagi banyak yang membaca.

Penulis itu mestinya juga seorang pembaca. Kalau tulisan yang dibuat kini tidak ada lagi yang membaca, setidaknya dia sendiri yang akan membacanya. Sebuah proses belajar sudah pasti penuh dengan hambatan. Dan hanya mereka yang sabar dan mampu bertahan yang akan sampai pada tujuan yang diidamkan.

Tidak ada yang salah dengan selalu membaca tulisan sendiri. Dengan cara itu kita akan semakin mengerti sisi kurang yang harus diperbaiki. Jadi, tidak masalah bila kita menulis dan harus membaca sendiri. Tetap semangat menulis…

 

Kamis, 02 Februari 2023

Jaga Lisan, Selamat Badan



Salah satu tanda kualitas keimanan seorang muslim adalah mampu menjaga lisannya dari perkataan yang menimbulkan dosa. Lisannya tidak sembarangan bertutur-kata, karena terpeleset lisan sering menimbulkan dampak yang lebih buruk daripada terpeleset kaki.

Bahkan Rasulullah pernah bersabda; "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau lebih baik diam (jika tidak mampu berkata baik)" (HR: al-Bukhari dan Muslim).

Saat ini sudah menjadi sebuah kelaziman orang berinteraksi dengan individu lain menggunakan media sosial, apakah itu Facebook, Twitter, Instagram, WhatsApp maupun yang lainnya. Apa yang ditulis dalam platform media sosial tersebut sebenarnya hukumnya sama dengan apa yang dikatakan melalui lisan.

Bila yang disampaikan baik, tentu akan mendapatkan balasan yang baik (pahala) dari Allah. Namun bila media sosial isinya hanya keburukan seperti; ghibah yang menyebabkan pertengkaran, membuka rahasia orang lain, banyak komentar yang akan menimbulkan permusuhan antarkelompok dan golongan, menyebar berita bohong (hoaks) bahkan fitnah, senda gurau dengan memperolok-olok orang lain maka itu semua adalah bagian dari keburukan lisan.

Jangan pernah menganggap remeh dengan dosa lisan. Karena Allah memberi peringatan keras tentang lisan yang tidak terjaga. Lisan yang pekerjaannya menebar keburukan dan selalu mencela orang lain.

Dalam Surat Al-Hujurat ayat 12, Allah berfirman; Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

Karena media sosial adalah kepanjangan dari lisan seseorang, maka setiap akibat darinya sama dengan apa yang lisan katakan. Bahkan dengan kemampuan jangkauan yang begitu luas dampak buruknya tentu lebih besar dari perkataan lisan secara langsung. Tentu kita tidak ingin celaka hanya karena tidak bisa mengendalikan lisan. Sudah banyak contoh dalam kehidupan ini, orang tergelincir karena tidak mampu mengekang lisannya. Dan ini sesuai dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: "Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan." (HR. al-Bukhari).

Yang lebih utama adalah selalu meneliti keburukan diri sendiri daripada selalu mencari keburukan dan kesalahan orang lain. Karena bila kita jujur akan selalu ada kekurangan dan keburukan kita. Dengan introspeksi akan selalu ada usaha untuk membenahi kekurangan dan tidak tertarik meneliti kesalahan orang lain.

Allah telah berfirman dalam Surat Al-Hujurat ayat 11: Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik”.

Memang lidah atau lisan kita hanya kecil, namun bisa menimbulkan bahaya yang sangat besar. Seperti falsafah para leluhur kita zaman dahulu; “Ajining diri saka lathi, Ajining raga saka busana”,  kehormatan diri atau harga diri bergantung dari tutur kata. Sikap luhur terbentuk karena pribadi yang selalu berhati-hati dalam berkata. Lidahnya di belakang hati, artinya berpikir dahulu baru berkata-kata.

Seseorang yang perkataannya baik, menepati janji, memiliki unggah-ungguh dan menghargai orang lain akan memiliki kehormatan dalam pandangan orang. Sebaliknya tutur kata yang jelek dan kasar akan menjadikan orang kurang mendapat respek. Demikian pula kehormatan badan kita terletak dari pakaian yang dikenakan. Penampilan yang baik adalah bentuk penghargaan terhadap diri sendiri. Tampilan fisik yang bersih dan rapi secara umum adalah gambaran kepribadian yang baik.

 


 

 

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...