Minggu, 13 Maret 2022

PERANG DAN BENCANA KEMANUSIAAN



 

Sudah dua pekan lebih perang berkecamuk di tanah Ukraina. Korban berjatuhan tak bisa dihindarkan lagi. Puluhan, ratusan atau bahkan sudah mencapai ribuan orang tewas menjadi korban perang. Perang memang selalu membawa bencana, bencana kemanusiaan.

Begitu arogannya para pemimpin yang memiliki kekuasaan. Mereka memerintahkan berperang, padahal konsekuensi perang adalah penderitaan yang panjang. Bukan cuma mereka yang gugur di medan perang, tapi akan lebih mengerikan dan memilukan. Kelaparan, terusir dari negerinya, rusaknya alam dan trauma berkepanjangan adalah dampak yang pasti terjadi karena perang.

Mereka (yang memilih perang) tidak bisa mengambil pelajaran dari sejarah dunia. Perang Dunia Kesatu dan Kedua menelan korban jutaan orang. Apakah tidak bisa lagi semua diselesaikan di meja perundingan. Sehingga memilih jalan perang yang pasti menghancurkan kedua belah pihak yang berseteru. Yang menang jadi arang, yang kalah jadi abu.

Terbukti, manusia modern tidak lebih beradab dari manusia zaman dulu. Kepandaian yang dimiliki justru menjadikan manusia lebih kejam. Bila dulu orang berperang dengan senjata tajam, kini orang berperang dengan senjata pemusnah masal. Sungguh, ini menggambarkan manusia yang suka perang sebagai makhluk yang haus darah.

Satu nyawa itu berarti. Apalagi ribuan nyawa yang gugur sia-sia. Atas nama apa mereka mengobarkan perang?. Menjaga kedaulatan negara, menjaga kekayaan alam atau hanya kerakusan untuk menguasai dunia. Sudah cukup, tak perlu ribuan nyawa lagi menjadi tumbal kekuasaan. Karena tidak ada kekuasaan yang layak direbut dan diperjuangkan dengan mengorbankan nyawa.

 


Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...