Senin, 01 Juni 2020

MENUJU ISTIQAMAH


Menurut bahasa kata istiqamah bermakna i’tidal atau lurus, sedangkan menurut syari’at, istiqamah adalah meniti jalan yang lurus yaitu agama yang lurus yakni agama Islam tanpa menyimpang darinya. Sementara itu menurut Imam an Nawawi menjelaskan makna istiqamah adalah luuzumu tha’atillah yaitu tetap konsisten dan konsekuen dalam ketaatan kepada Allah ta’ala.

Amal yang dicintai Allah dan bernilai di sisi-Nya adalah amal yang dilakukan secara terus menerus, meskipun sebenarnya amal tadi terlihat sepele (amal kebaikan yang kecil). Kita sudah sering mendengar sebuah hadits tentang Bilal Bin Rabah ketika ditanya Rasulullah,
“Hai Bilal, katakanlah amal yang sangat kau pentingkan selama memeluk Islam, karena aku mendengar bunyi terompahmu  di hadapanku di surga”  Bilal menjawab, “tidak satu pun amal yang lebih saya utamakan daripada mengerjakan wudhu baik malam ataupun siang. Kemudian saya mengerjakan sholat setelah wudhu semampu saya”.(HR.Bukhori)
Bilal Bin Rabah memiki amal sederhana namun dilakukan sepanjang waktu terus menerus yakni menjaga wudhu dan sholat sunah setelah wudhu. Amalan kebaikan yang dilakukan dengan istiqamah menjadikan kita layak dicintai Allah. Banyak pilihan amal sunnah yang bisa kita jadikan ladang amal untuk ‘memantaskan diri’ dicintai Allah. Kuncinya amal sunah tersebut kita laksanakan dengan istiqomah, tentu lebih baik mengaji Al-Quran setiap hari beberapa halaman daripada mengaji berapa juz namun hanya dilakukan saat bulan Ramadhan saja.
Seorang muslim hendaklah menjaga keistiqamahan dalam beramal, banyak dalil maupun as sunnah yang memerintahkan kita agar senantiasa menjaga istiqamah dalam beramal. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an :
“maka istiqamahlah (tetaplah) engkau (muhammad dijalan yang benar) sebagaimana telah  diperintahkan kepadamu dan juga orang yang bertaubat bersamamu. Dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya dia maha melihat apa yang kamu kerjakan” (Q.S Hud : 112).
Dulu di desa kami ada ‘figur’ bersahaja yang layak dijadikan teladan istiqamah. Namanya Mbah Gunung, beliau adalah muadzin masjid kami, setiap sholat lima waktu beliau istiqomah mengumandangkan adzan. Mbah Gunung sudah siap di masjid sebelum masuk waktu sholat, setengah jam sebelum masuk waktu subuh beliau sudah tiba di masjid. Setelah sholat Subuh pulang dan pasti sudah di masjid sebelum waktu Dzuhur tiba. Setelah sholat ashar beliau biasanya tidak pulang sampai malam, dan akan pulang setelah sholat Isya’ berjamaah. Kecintaannya dengan sholat berjamaah sudah mendarah daging, bertahun-tahun beliau istiqamah seperti itu. Sebenarnya ketika masih muda beliau adalah sosok pekerja keras, ketika memasuki usia tua hidupnya hanya digunakan ibadah. Beliau menjalani masa tuanya tinggal di rumah sendirian dan sebagian waktunya dihabiskan di masjid. Untuk sekadar memenuhi kebutuhan makan sehari-hari sudah disiapkan oleh anak-anaknya. Beliau wafat pada suatu pagi setelah sholat Subuh, tentu itu sangat mengejutkan karena sehari sebelumnya masih ke masjid berjamaah bersama kami. Teringat menjelang pemakaman beliau, hujan gerimis turun padahal sudah berbulan-bulan tidak turun hujan, apakah itu pertanda beliau husnul khotimah ? Wallahu a’lam.
Allah memberi banyak jalan hambanya untuk mendekati dan meraih cinta-Nya, jalan itu adalah amalan-amalan sunah. Bagi yang senang menjalankan ibadah puasa sunah bisa memilih sesuai kemampuan kita. Sholat sunah pun bermacam-macam pilihannya. Apapun itu pilihan kita yang terpenting adalah kita mampu mendawamkannya menjadi amalan khusus kita yang tidak pernah kita tinggalkan. Seperti dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman;
“Siapa saja yang memusuhi wali-Ku, maka aku mengumumkan perang terhadapnya. Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dibandingkan amal yang Aku wajibkan kepadanya. Dan tidaklah hamba-Ku terus-menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan amal-amal sunnah, sampai Aku mencintainya. Jika Aku sudah mencintainya, Aku menjadi pendengaran yang dia gunakan untuk mendengar; menjadi penglihatan yang dia gunakan untuk melihat; menjadi tangan yang dia gunakan untuk memegang; dan menjadi kaki yang dia gunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepada-Ku, sungguh akan Aku beri. Jika dia meminta perlindungan kepada-Ku, sungguh akan Aku lindungi. “ (HR. Bukhari no. 6502)

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...