Rabu, 28 September 2022

Nikmat Mana yang Diingkari

 



Kehidupan manusia di dunia ini pada prinsipnya sama saja. Status yang disandang manusia hanyalah atribut yang sementara saja. Jabatan tinggi, berlimpahnya harta benda atau kemashuran nama hanya nikmat duniawi yang sebentar saja. Ketika manusia memasuki kehidupan selanjutnya taka akan ada lagi hak istimewa yang melekat pada dirinya. Semua akan diperlakukan dengan ADIL oleh Yang Mahakuasa.

Yang berharta bisa membeli dipan mewah dilapisi sulaman sutera, tapi nikmatnya tidur nyenyak tiada mampu dibelinya. Dengan kekuasaanya seseorang bisa mengerahkan puluhan “Bodyguard” untuk menjaganya, tapi ketenangan hati tidak menjadi jaminannya. Segala makanan lezat dan mahal mudah dibeli oleh mereka yang berlimpah materi, tapi nikmatnya makan belum tentu ia dapatkan.

Sudahlah, tidak perlu kita merasa rendah dari orang lain. Namun juga tidak usah besar kepala dan merasa tinggi. Semua sudah dititah oleh Allah dengan keadilan-Nya. Menangis tertawa dan bahagia derita akan dialami siapa saja, tak peduli siapa orangnya. Menjalani hari demi hari dengan kesadaran selalu bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya menjadi kunci hidup bahagia.

Ketentraman hati dan kebahagiaan tak mesti terlihat dari luar. Mata manusia sering salah mengukur dan menilai. Apa yang terlihat kerap tidak sama dengan yang sesungguhnya terjadi. Dan semua itu sangat mungkin terjadi dalam kehidupan nyata.

Yang hidupnya terlihat menderita ternyata dia menjalaninya dengan suka-cita. Rakyat jelata tetapi merasa hidupnya bak sang raja. Hidupnya tidak terikat lagi dengan bendawi. Kebahagiaanya tidak lagi diukur dengan banyaknya apa yang dimiliki. Orang-orang seperti itu hidupnya tidak akan lagi disusahkan dengan segala urusan materi.

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...