Jumat, 04 Februari 2022

DEMI UANG



Bagi orang yang “bermazhab” uang adalah segalanya, dia akan melakukan apapun demi mendapatkan uang. Segala cara akan dia kerjakan demi meraup uang. Bila dengan cara yang halal belum bisa didapatkan, tak ragu mereka akan menggunakan cara yang haram. Yang penting dapat uang, banyak uang, baru merasa senang.

Uang itu penting, kata banyak orang. Dengan uang orang bisa membeli "apa saja" yang diinginkannya. Karena memiliki banyak uang, orang bisa pergi ke "mana saja" yang dia inginkan. Ke eropa, amerika bahkan tour ke ruang angkasa pun bisa. Karena punya uang orang bisa membangun rumah yang semegah istana, memilih kendaraan mewah yang harganya selangit dan karena punya uang melimpah orang bisa membeli barang mahal yang diinginkannya.

Bila kebanyakan orang berpikir uang adalah sumber kebahagiaan di dunia, sebenarnya itu tidak benar. Buktinya, banyak orang memiliki uang banyak tapi belum menemukan kebahagiaannya. Mereka mengeluh karena tidak bisa menikmati hidup karena terlalu sibuk dengan urusannya. Ada pula yang kaya raya tapi hidup seperti orang miskin. Memiliki segalanya tapi tidak bisa menikmati dengan sepuasnya. Karena tubuhnya sudah penuh penyakit kronis sehingga ia hanya bisa memakan makanan tertentu saja.

Uang hakikatnnya hanya alat berupa lembaran-lembaran kertas yang pada keadaan tertentu menjadi tidak ada gunanya. Uang memang berguna tapi terikat dengan waktu dan kondisi. Ketika seseorang berada di tengah samudera tidak bisa berenang, ia akan merelakan berapapun uang yang dimiliki demi menukarkannya dengan ban mobil bekas.

Uang akan bergantung kepada siapa yang menggunakannya. Uang bisa menjadi sarana perjuangan menegakkan kebenaran, atau akan menjadi modal membiayai kemungkaran. Jadi, tidak ada uang haram. Yang haram adalah bagaimana cara orang mendapatkan uang.

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...